Januari 08, 2008

Mengejar Ampunan Allah

Apakah yang lebih bernilai dari hidup ini selain ampunan Allah SWT? Jika waktu kecil pernah berbuat kesalahan pada orang tua kita, mungkin dampaknya orang tua kita tidak akan memberi uang jajan selama satu minggu. Kalau kesalahan itu terhadap guru sekolah kita, efeknya nilai rapor kita pun ikut berpengaruh. Semasa kuliah, kita pernah membuat marah dosen kita, dan sebagai akibatnya tugas akhir kita pun dipersulit, saat sidang malah dijatuhkan. Masuk dunia kerja dan melakukan kesalahan prosedur operasional, bisa-bisa selain kena surat peringatan, karir kita pun bisa tamat sampai di situ.

Demikian pula bila kita berbuat salah kepada Allah. Bukan hanya urusan dunia saja yang bakal repot, bahkan di akherat nanti bisa-bisa kita termasuk orang-orang yang merugi. Naudzubillah. Di dunia ini, kesalahan alias dosa kepada Allah bisa menyumbat keran-keran rezeki kita, bisa menjauhkan kita dari jodoh yang sudah Allah tetapkan buat kita, bisa menunda kita mendapat anak, bisa mempersulit segala urusan kita, bisa membuat orang lain benci pada kita, bisa menghambat cita-cita kita, bisa menggerogoti harta benda kita, bisa mendatangkan musibah dan sebagainya. Sedangkan di akherat lebih parah lagi. Selain bisa menenggelamkan kita, dosa pun bisa membuat neraka rindu untuk memeluk tubuh kita.


Untunglah Allah masih memberi kesempatan pada kita untuk bertaubat. Kita tidak hanya disuruh minta ampunan, tapi justru disuruh bergegas mengejar ampunan tersebut. Ampunan Allah bersifat ekslusif, Dia berikan pada siapa saja yang Dia kehendaki. Dan sebagai ’produk’ ekslusif yang tidak ’pasaran’, maka (seharusnya) banyak yang memburunya, banyak yang mencarinya dan banyak pula yang mengejarnya. Ibarat handphone keluaran terbaru, tentu banyak orang yang mencari-cari dan takut tidak mendapatkannya.


Dan bersegeralah kamu mencari ampunan dari Tuhanmu dan mendapatkan surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa (QS.3-133)


Kita disuruh bersegera dalam mencari ampunanNya, seolah kalau kita tidak cepat-cepat mencarinya kita akan kehilangan momentum tersebut. Dan memang kesempatan untuk mendapatkan ampunan tersebut bisa jadi sangat langka. Kesempatan-kesempatan tersebut terangkum dalam ayat 134 pada surah yang sama, yaitu berinfak di waktu lapang dan sempit, menahan marah dan memaafkan kesalahan orang lain. Tiga kesempatan itu sangat jarang kita peroleh, dan kalau pun kita mengalami moment tersebut, bisa jadi kita tidak maksimal memanfaatkannya. Contoh, ketika kita dalam kondisi ekonomi yang pas-pasan, ada teman yang mau pinjam uang. Ini adalah kesempatan untuk mendapatkan ampunan Allah, namun seringkali kita enggan mengeluarkan sebagian isi dompet untuk menolong teman tersebut. Atau ketika ada orang lain yang mencaci maki kita, sangat boleh jadi kita akan balas memakinya dibanding diam menahan marah. Dan ketika kita punya kesempatan untuk membalasnya, kita lebih memilih melampiaskan dendam ketimbang memaafkan orang tersebut. Ini berarti kita tidak bersegera mencari ampunan Allah.


Saat-saat seperti itu sebenarnya adalah peluang yang Allah berikan pada kita untuk mendapat hak ekslusif berupa ampunan. Namun sayangnya, kita lebih memilih santai-santai saja dalam mencari ampunan, seolah ampunan itu akan Allah berikan tanpa usaha dari kita untuk mendapatkannya. Semoga kita termasuk orang-orang yang mengejar ampunan Allah dengan menjadi pribadi yang gemar bersedekah, menahan amarah ketika mampu marah, serta memaafkan orang-orang yang pernah merugikan kita. Wallahu’alam.

Muhammad Zulkifli

Tidak ada komentar: