Mei 30, 2008

Tips mendapat rasa aman menurut Al-Qur’an


Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan syirik, mereka itulah orang-orang yang mendapat rasa aman dan mereka mendapat petunjuk (QS.Al-An’am (6):82)

Siapa yang hidupnya tidak kepengen aman, jauh dari ancaman, tenang dan terarah? Rasanya kita semua pasti ingin kualitas hidup seperti itu. Di tengah huru hara, hati kita tetap merasa aman. Hidup di antara masyarakat yang jauh dari nilai moral, hati tetap merasa tentram. Berada di lingkungan kerja yang tidak kondusif, yang tidak jelas antara halal dan haram, kita masih istiqomah dalam ketakwaan pada Allah. Bahkan yang lebih tinggi lagi, hidup di tengah peperangan, hati masih tetap merasa aman. Aneh? Tidak juga.

Dalam sebuah video dokumenter mengenai perjuangan anak-anak Palestina dalam menghadapi penjajahan Israel, saya melihat ketenangan dan ketegaran tampak di wajah-wajah polos itu. Meski rumahnya dibombardir rudal Helfire, meski di hadapannya berdiri angkuh tank-tanknya Ariel Sharon, meski tangan-tangan mungil itu harus berhadapan dengan serdadu gagah bersenjata modern, tapi tidak tampak ketakutan di wajah mereka. Terlihat jelas di film itu betapa mereka dengan lantang dan berani melempari tentara-tentara Israel dengan batu-batunya. Bahkan di film berdurasi lebih dari satu jam itu terdapat kutipan wawancara salah seorang diantara mereka yg dengan lantang berkata “Berikan aku senjata, biar aku bunuh yahudi yg telah menghancurkan rumahku”.

Entah rahasia apa yang membuat mereka begitu berani menghadapi ancaman. Di tingkat yang lebih sederhana, banyak contoh-contoh di sekitar kita yang mempertontokan ketenangan dan ketegaran orang dalam menghadapi hidup. Ada Jonih Rahmat, seorang profesional dari sebuah perusahaan minyak yang terjun membangun masyarakatnya di sebuah kelurahan di kota Bogor. Ditengah ancaman dari warga yang tidak suka dengan kehadirannya, Jonih tetap konsisten membimbing masyarakat untuk mengenal agama dengan lebih baik. Ada juga Dede Suhendar, seorang pengusaha jual-beli mobil bekas. Jauh sebelum ia sukses di usaha ini, Dede pernah ditipu hingga 100 juta rupiah. Namun ketegarannya yang membuatnya bertahan hingga Allah berkenan merubah takdirnya.

Rasa aman dengan jaminan Allah, rasa aman dengan pertolongan Allah, rasa aman dengan perlindungan Allah, inilah faktor utama kenapa ada orang yang begitu tegar menghadapi segala kesulitan. Dan rahasia dari rasa aman ini dimulai dari meniadakan penyakit syirik dari dalam hati. Banyak yang mengerjakan sholat, namun menyimpan jimat juga. Banyak yang berpuasa ketika Ramadhan, sambil tetap minta bantuan “orang pintar” ketika ada barang berharganya yang hilang. Banyak yang sudah naik haji, tapi tetap pula percaya sama ramalannya Mama Lauren. Syirik tidak bisa bercampur dengan iman karena keduanya jelas bertolak belakang dan saling meniadakan. Menghilangkan syirik dari dalam hati, adalah syarat mutlak untuk memperoleh rasa aman. Dan juga bonus berupa petunjuk dalam menghadapi hidup. Wallahu’alam.

Muhammad Zulkifli

Beruntunglah Kita yang Masih Bisa Sholat


Beruntunglah kita yang masih bisa sholat. Ini bukanlah kalimat retoris, bukan pula kalimat normatif. Tapi ini adalah fakta yang harus kita syukuri. Betapa tidak, kita hidup di negara muslim terbesar di dunia. Di sini nyaris tidak pernah ada intimidasi dan larangan buat kaum muslim menjalankan ibadahnya. Sederet masjid berdiri gagah di seantero negeri ini, mulai dari mushola di desa-desa terpencil hingga masjid raya di kota-kota besar. Setiap masjid memiliki program buat jamaahnya. Hingga tidak heran bila umat Islam di republik ini hidup dalam suasana kondusif dan nyaman dalam menjalankan ibadahnya.

Tapi bagaimana dengan masyarakat muslim di negara lain? Tidak seberuntung kita. Lihatlah di Inggris. Untuk sholat tarawih pun saudar-saudara kita di sana dimata-matai oleh aparat Scotland Yard. Bahkan tahanan muslim di penjara Inggris, selain dilarang sholat juga diperlakukan sewenang-wenang. Lihatlah juga ke Moskow. Selama berpuluh-puluh tahun komunitas Muslim di ibukota Rusia ini tidak bisa secara rutin sholat di masjid, meski di sana ada lima masjid. Di zaman Stalin, menyimpan buku-buku agama berbahasa Arab di rumah bisa mendapat hukuman.

Di Yunani, terutama kota Athena, warga muslim di sana menggunakan gudang-gudang, ruang bawah tanah dan ruang tanpa jendela sebagai tempat sholat bagi sekitar 200 ribu muslim. Pemerintah Yunani memang melarang pendirian masjid sejak tahun 1800an. Sementara di Mauritius, Mahkamah Agung melarang masjid menggunakan pengeras suara ketika adzan.

Belum lagi bila kita melongok ke Amerika, India, Thailand, atau negara-negara di mana kaum muslim adalah minoritas. Bagaimana kehidupan mereka?

Ini adalah tulisan singkat tentang rasa syukur, bahwa kita masih bisa sholat di negeri ini. Tentang rasa persaudaraan kita, bahwa masih banyak saudara kita di luar sana yang belum merasakan kenyamanan dalam beribadah. Tentang diri kita sendiri yang terkadang tidak mampu memanfaatkan karunia Allah berupa negeri bernama Indonesia ini.

Muhammad Zulkifli

Surga


Pilihan lain pada masa pasca kematian adalah surga. Berita tentang surga ini paling banyak terdapat pada surah Al-Waqi’ah, Ar-Rahman dan Al-Ghasyiyah. Surga ini ada seratus tingkat, namun yang disebutkan di dalam Al-Qur’an hanyalah Firdaus, Na’im, Makwa, Adn, Khuldi, Darussalam dan Jalal. Tempat tertinggi adalah Firdaus.

Rasulullah bersabda:
Surga itu ada seratus tingkat. Jarak tiap-tiap tingkat itu sama antara langit dan bumi. Jannatul Firdaus berada pada tingkat yang tinggi sekali. Dari sinilah terpancarnya empat buah sungai dalam surga. Dan di atasnya adalah arasy Tuhan. Kalau kamu ingin meminta pada Allah, mintalah Firdaus (HR. Bukhari)

Untuk masuk ke surga, orang-orang harus menunggu hari Senin dan Kamis karena pada kedua hari itulah pintu surga dibuka.
Rasulullah saw bersabda: Pintu-pintu surga dibuka setiap Senin dan Kamis. Allah akan mengampuni setiap dosa hambaNya yang tidak pernah mempersekutukanNya dengan yang lain, kecuali orang-orang yang tidak mau bertegur sapa dengan saudaranya sendiri (HR. Muslim)

Pintu surga itu minimal ada 3, yaitu Babuz Zaminul Gairi, yaitu tempat masuknya orang-orang yang menahan amarah. Lalu Babul-Ma’ruf, tempat masuknya orang-orang yang berbuat ma’ruf serta Babur-Rahmah, pintu khusus buat Rasulullah saw.

Rasulullah juga bersabda bahwa di surga itu tida ada siang dan malam. Yang ada hanya sinar dan cahaya. Kalau ingin mengetahui hari, ditentukan dengan waktu sholat (HR. Hakim dan Tirmidzi)

Bagaimana kehidupan sosial masyarakat surga? Ternyata di surga juga ada tempat berkumpul atau bahasa kerennya hang-out antar masyarakat untuk saling berinteraksi.
Dari Anas bin Malik ra, Rasulullah bersabda:
Di dalam surga itu ada pasar. Di dalam pasar itulah berkumpul penghuni surga tiap hari Jumat. Ketika bertiup angin menyingkapkan kain penutup muka dan pakaian mereka, kelihatan bertambah indah dan bertambah cantik. Semuanya ini adalah untuk penghuni surga berikut keluarganya.Demi Allah, bentuk kamu di sana makin hari makin cantik (HR. Muslim)

Di dalam surga itu juga makan dan minum namun tidak meludah, tidak pernah kencing, tidak pernah menjahit pakaian. Salah seorang sahabat bertanya: Bagaimana jadinya makanan yang dimakan itu? Maka Rasul menjawab: Langsung menjadi minyak wangi seperti al-miski. Ini berkat membaca tasbih dan tahmid (HR. Muslim)

Betapa inginnya kita masuk surga. Namun sayangnya, ada segolongan orang yang, jangankan masuk surga, mencium bau surga pun tidak boleh. Siapa mereka? Yaitu orang-orang yang membunuh diri sendiri dengan sengaja dan perempuan yang berpakaian tapi seperti telanjang. Inilah yang haram mencium bau surga! Padahal wangi surga itu sudah bisa tercium dalam 40 tahun perjalanan (HR. Bukhari)

Semoga kita termasuk golongan ahli surga. Amin Ya Allah..

Muhammad Zulkifli

Neraka


Hai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya dari manusia dan batu.. (QS. At-Tahrim (66):6)

Berbicara tentang neraka artinya kita berbicara tentang salah satu pilihan dari masa depan kita. Masa depan yang tidak hanya sebatas kehidupan, tapi juga pasca kematian. Salah satu pilihannya adalah neraka. Tentu saja tidak ada orang yang mau memilih tempat ini, meski hanya sedetik. Demikian mengerikannya neraka, bahkan bahan bakarnya pun dari manusia dan batu. Bukan bensin, minyak ataupun api itu sendiri. Tapi manusia dan batu!
Neraka punya banyak tingkatan dan yang paling rendah adalah Jahanam, tempatnya orang-orang munafik. Lalu ada neraka Luza, Hathamah, Sair, Saqr, Jahim dan Hawiyah yang masing-masing ditempati oleh dosa-dosa tertentu. Dan api di neraka tidak selalu berwarna merah.
Dalam sebuah hadist riwayat Tirmidzi, Rasulullah saw bersabda:
Dinyalakan neraka itu 1000 tahun berwarna merah, 1000 tahun berwarna putih dan 1000 tahun berwarna hitam. Bila berwarna hitam lebih pekat daripada gelapnya malam.

Di neraka terdapat dua buah gunung, yaitu Gunung Dzilllun dan Gunung Raqabah. Rasulullah saw bersabda: Gunung Dzillun tingginya 70 tahun perjalanan. Gunung Raqabah dilalui oleh mereka yang kafir. Gunung ini sangat panas. Bila diletakkan tangan di atasnya maka tangan tersebut akan hancur dan bila diangkat akan kembali seperti semula (HR. Tirmidzi)

Dari Abdullah Ibnu Masud, Rasulullah saw bersabda: Bahwa dalam neraka itu telah tersedia rumah tempat kediamannya dan telah tertulis masing-masing nama penghuninya. Tiap penghuni menunggu kedatangan kawannya. Apabila telah dijatuhkan semua mereka itu, maka ketika itu neraka berkata: Quth..Quth..yang artinya: Cukuplah! (HR. Bukhari)

Lalu seberapa jauhkah neraka itu? Dari Ibnu Abbas ra, Rasulullah saw sedang duduk bersama para sahabatnya dan tiba-tiba mendengar sebuah suara. Rasul bertanya: Tahukah kamu suara apa itu? Itu adalah batu yang dilemparkan ke dalam neraka semenjak 70 tahun yang lalu dan baru sekarang sampai neraka (HR. Muslim)

Sebuah perjalanan yang sangat panjang! Tujuh puluh tahun mengawang-ngawang sebelum menyentuh neraka itu sendiri! Betapa jauhnya. Ketika peristiwa WTC 11 September 2001 yang lalu, orang-orang yang berada di lantai atas nekat melompat keluar ketika harapan menyelamatkan diri melalui tangga darurat sudah tidak ada lagi. Berapa menit yang dibutuhkan hingga sampai ke tanah? Tidak sampai dua menit! Padahal kita tahu Menara Kembar WTC itu sangat tinggi sekali, tapi ternyata tidak menghabiskan waktu bahkan 1 jam pun untuk bisa sampai ke tanah. Bisa kita bayangkan, seberapa tinggi jarak antara jembatan shirath dan neraka itu?
Apakah ada umat Nabi Muhammad yang masuk neraka? Ternyata ada!
Rasulullah bersabda dalam hadist riwayat Abu Hurairah: Aku mensyafaatkan pada hari Kiamat ialah mereka yang berdosa besar, mereka itu dimasukkan pada pintu pertama dalam neraka Jahannam. Tidak dihitamkan mukanya, tidak dibutakan matanya, tidak dibelenggu kaki dan tangannya, tidak didampingkan dengan setan, tidak dipukul dengan maqamik (cemeti dari api). Mereka di neraka itu ada yang sehari, sebulan dan setahun (HR. Hakim dan Tirmidzi)

Meski sudah ada ‘kompensasi’ keringanan hukuman buat umat Nabi Muhammad, tapi saya tetap tidak berminat untuk masuk neraka. Lebih baik kita memaksimalkan diri beramal agar kita pantas untuk mendapat pertolongan Allah di hari kiamat nanti.

Muhammad Zulkifli

Ciri Munafik menurut Al-Qur’an (3)


(Orang-orang munafik) yaitu orang-orang yang mencela orang-orang mukmin yang memberi sedekah dan (mencela) orang-orang yang tidak memperoleh (untuk sekedar) kesanggupannya, maka orang-orang munafik itu menghina mereka. Allah akan membalas penghinaan mereka itu dan untuk mereka azab yang pedih (QS. At-Taubah (9):79)

Tanda yang mudah ditemukan dalam diri seorang munafik adalah mencela. Dari zaman Rasulullah saw hingga zaman sekarang, orang-orang munafik selalu mencela mereka yang tidak sepaham, sepemikiran dan sejalan dengan dirinya. Jika dulu orang-orang yang berjihad bersama Nabi saw yang dicela, zaman sekarang orang-orang yang bertakwa pun juga dicela. Salah satu kelompok yang menjadi objek mereka adalah orang mukmin yang bersedekah. Di ayat 67 kita sudah membahas bahwa orang munafik itu kikir. Kikir adalah sikap pasif. Bila menjadi kata aktif, kikir bermetamoforsa menjadi celaan terhadap orang yang bersedekah. Bila kita pernah mengkritik teman yang bersedekah dengan kata-kata...jangan memaksa diri bersedekah kalau kamu sendiri masih perlu dibantu..atau ...buat apa kamu bantu orang lain, saudara kamu sendiri masih banyak yang hidupnya susah..atau ...kalau kamu terlalu royal dalam mengeluarkan uang buat orang lain, kapan kamu bisa menabung buat masa depan kamu?...atau...ya elah, kalau cuma seribu perak, buat apa sedekah? Seribu perak bisa buat apa hare gene? Maka berhati-hatilah! Sebab bisa jadi bibit kemunafikan mulai tumbuh dalam hati kita. Menghina, mengkritik dan mencela orang yang bersedekah, dan bahkan hanya sekedar kesanggupannya, merupakan ciri orang-orang munafik sejak zaman Rasulullah saw hingga saat ini. Semoga kita terhindar dari penyakit munafik jenis ini. Amin Ya Robbal’alamin.


Muhammad Zulkifli

Ciri Munafik menurut Al-Qur’an (2)


Ciri orang-orang munafik menurut Al-Qur’an, selain yang tercantum dalam surah An-Nisa ayat 142, juga terdeskripsi di surah At-Taubah ayat 67. Allah SWT berfirman:

Orang-orang munafik laki-laki dan perempuan, sebagian dengan sebagian yang lain adalah sama, mereka menyuruh berbuat mungkar dan melarang berbuat makruf dan mereka menggenggamkan tangannya(kikir). Mereka lupa pada Allah maka Allah melupakan mereka. Sesungguhnya orang-orang munafik itulah orang-orang yang fasik

Jadi ciri orang munafik adalah hobi menyuruh orang lain berbuat dosa, maksiat, serta hal-hal yang menjerumuskan ke dalam dosa. Anehnya, selain menyuruh kemungkaran, orang munafik juga malah melarang orang lain berbuat kebaikan. Lihatlah sekeliling kita. Kalau ada teman yang ketika kita mau sholat kemudian dia bilang: ntar aja sholatnya, waktunya kan masih lama, kita ngobrol-ngobrol aja dulu...atau ketika kita mau bersedekah teman kita itu bilang: ngapain sedekah, hidup kamu aja masih kembang kempis kok mau nolong orang lain..maka bisa jadi bibit kemunafikan ada pada dirinya. Kemudian kalau ada teman yang sering ngirim-ngirim email berisi gambar sensual ke inbox kita, atau mengajak kita menulis kwitansi yang sudah di mark-up dalam suatu proyek, atau mengajak kongkow-kongkow di kafe saat sudah masuk waktu sholat maghrib, atau menyuruh nimbun minyak tanah supaya nanti bisa dijual dengan harga tinggi ke masyarakat, maka bisa dipastikan kalau orang jenis ini punya penyakit munafik.

Selain itu orang munafik adalah orang yang kikir. Sulit untuk menolong orang lain. Rezeki dari Allah hanya digunakan untuk diri sendiri, tidak untuk berbagi dengan orang lain. Padahal Allah jelas-jelas menyuruh untuk bersedekah dan berzakat. Perintah Allah ini di-cuekin sama orang munafik. Karena dia lupa pada perintah Allah, atau sengaja lupa, maka Allah pun melupakan mereka. Dan mereka sudah termasuk dalam golongan orang yang fasik alias durhaka. Semoga ciri yang ada di surah ini tidak pernah mampir dalam diri kita. Amien Ya Robbal’alamin.

Muhammad Zulkifli

April 23, 2008

Orang-Orang Munafik versi Al-Qur’an (1)


Tidak ada satu pun manusia, khususnya kaum muslim yang mau disebut munafik oleh orang lain. Apalagi ciri-ciri munafik itu dianggap tidak melekat pada dirinya. Sebagaimana yang kita ketahui dari hadist Rasulullah saw, bahwa orang munafik itu memiliki ciri yaitu bila berbicara selalu berdusta, bila diberi amanah selalu mengkhianati, dan bila berjanji tidak pernah ditepati. Ketiga ciri ini apabila tidak ditemukan pada diri kita terkadang sudah membuat hati menjadi bangga dan menganggap diri adalah orang yang bersih dari bibit-bibit kemunafikan. Namun benarkah demikian? Sayangnya tidak.
Sebagai seorang muslim, pedoman kita tentu saja tidak hanya hadist Rasulullah saw saja, namun juga Al-Qur’an sebagai sumber utamanya. Lalu bagaimana ciri-ciri orang munafik menurut Al-Qur’an?

Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk salat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan salat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali. (Q.4:142)

Ternyata malas ketika mengerjakan sholat saja sudah terkategori munafik menurut Al-Qur’an! Sholat hanya sekedar mencari penilaian dihadapan manusia. Di hadapan calon mertua, calon istri, atasan, murid, bawahan, atau siapa pun yang kita harapkan agar mereka mencap kita sebagai orang alim, kita mau berdiri untuk mengerjakan sholat. Kalau tidak ada mereka? Wallahu’alam.

Selain mendeteksi kemalasan dalam sholat, perhatikan juga, dalam sehari berapa kali kita menyebut nama Allah? Tidak harus mengucapkan kata : Allah 1000 kali. Namun bisa berbentuk pujian, doa, basmalah atau apapun yang melibatkan Allah. Jika jarang, berarti kita termasuk orang munafik. Atau jangan-jangan malah tidak pernah?

Bila dua penyakit di atas ada dalam diri kita, berarti hati kita punya potensi nifak alias munafik. Dan orang munafik tempatnya adalah jahannam! Naudzubillah! Semoga kita dilindungi Allah dari sifat munafik jenis ini.. Amin Ya Rabbal’alamin..

Muhammad Zulkifli

Maret 23, 2008

Sebelum Sampai di Tempat yang Jauh


Ketika kita masih kecil, untuk membujuk supaya rajin sholat biasanya orang tua akan menyelipkan ancaman: awas lho, kalo ga sembahyang nanti masuk neraka Di komik-komik anak SD pun kita sering membaca cerita tentang neraka, yang di dalamnya digambarkan orang-orang setengah telanjang disiksa pakai rantai, lidahnya panjang terus digunting, malaikat berwajah preman, setrika raksasa yang menggosok punggung penghuni neraka, serta gambar-gambar lainnya. Visualisasi tentang neraka demikian sederhana kala itu, meski setelah kita dewasa kita menemukan di bahwa neraka tidaklah ’sesederhana’ itu.

Misalnya Rasulullah saw bersabda bahwa :Dinyalakan neraka itu 1000 tahun waarna merah, 1000 tahun warna putih dan 1000 tahun warna hitam (HR. Tarmizi) Kita mungkin jarang mendengar hadist ini. Atau ada pula informasi bahwa jarak antara jembatan shirat dengan dasar neraka itu adalah 70 tahun. Jadi kalau ada orang yang ‘nyemplung’ ke neraka, maka selama 70 tahun ia akan melayang di udara baru kemudian sampai ke neraka. Bayangkan dengan orang-orang yang melompat dari lantai tertinggi ketika gedung WTC terbakar tahun 2001 lalu. Tidak sampai hitungan menit mereka udah sampai ke bawah. Padahal kita tahu betapa tingginya gedung pencakar langit tersebut. Lalu bagaimana dengan dasar neraka itu nanti?


Dari Ibnu Abbas ra, Suatu hari Rasulullah sedang duduk bersama para sahabatnya dan tiba-tiba mendengar sebuah suara. Rasul bertanya: tahukah kamu suara apa itu? Itu adalah batu yang dilemparkan ke dalam neraka semenjak tujuh puluh tahun yang lalu dan baru sekarang sampai ke neraka (Muslim)


Neraka juga memiliki rumah. Jadi neraka tidaklah seperti kumpulan api unggun seperti kita baca di komik anak-anak. Neraka hampir mirip dengan bumi. Bedanya neraka jauh lebih panas.

Rasulullah bersabda: Bahwa dalam neraka itu telah tersedia rumah tempat kediamannya dan telah tertulis nama masing-masing penghuninya. Tiap penghuni menunggu kedatangan kawannya. Apabila telah dijatuhkan semua mereka itu, maka ketika itu neraka berkata : Quth. Quth yang artinya cukuplah! (HR. Bukhari)

Sekarang, bayangkanlah kita berada di Surabaya. Kita mau pergi ke Jakarta dengan berjalan kaki, tidak naik kendaraan apa pun. Tujuan kita ke Jakarta adalah ingin bertemu dengan seseorang untuk membawa buku catatan yang penting, yang bisa menentukan nasib kita kelak. Berhari-hari, berminggu-minggu, bahkan berbulan-bulan kita berjalan hingga akhirnya tiba di Jakarta. Namun sampai di sana, ternyata buku itu ketinggalan di Surabaya! Bagaimana perasaan kita? Kita minta keringanan sama orang tersebut agar diizinkan kembali ke Surabaya buat mengambil buku tersebut. Tapi ternyata tidak diizinkan. Bagaimana mungkin kita minta izin kembali lagi, sedangkan jaraknya sudah sedemikian jauh?

Itulah yang terjadi pada sebagian orang di akherat nanti, ketika amal-amalnya masih teramat sedikit, mereka mengemis kepada Allah agar diperkenankan kembali ke dunia buat beramal sholeh. Apakah masih ada kemungkinan seperti itu?


Dan sesungguhnya mereka telah mengingkari Allah sebelum itu, dan mereka menduga-duga tentang yang gaib dari tempat yang jauh (QS.34:53)


Jadi, sebelum kita sampai di tempat yang jauh itu, kita masih punya kesempatan untuk menghindari kesengsaran di akherat kelak. Mumpung masih di dunia, mumpung ruh masih nempel di badan, mumpung malaikat belum diperintahkan Allah buat menghabiskan masa kontrak kita di dunia ini, maka kita masih ada waktu buat memperbaiki diri. Daripada kita nanti menangis karena sudah telanjur berada di tempat yang sangat jauh sekali.

Dan mereka berkata: ”Kami beriman kepada Allah,” bagaimana mereka dapat mencapai (keimanan) dari tempat yang jauh itu (QS. 34:52)

Muhammad Zulkifli

Lihatlah Apa yang Kita Makan


Hai manusia! Makanlah dari yang halal dan baik yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan, sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagimu . Sesungguhnya (setan) itu hanya menyuruh kamu agar berbuat jahat dan keji, dan mengatakan apa yang tidak kamu ketahui tentang Allah (QS. 2:168-169)

Pernahkah kita mencoba meneliti orang-orang yang moralnya kurang baik, apa kira-kira makanan mereka? Para koruptor, pembunuh, hedofil, pemerkosa, tukang madat dan lainnya, bagaimana dan berasal darimana sumber makanan mereka? Atau kita balikkan logikanya: apakah makanan telah mempengaruhi pola pikir, perilaku, serta respon mereka terhadap lingkungan?

Di surah yang telah disebutkan di atas, jelas sekali terlihat hubungan yang kuat antara makanan halal dan baik dengan larangan untuk mengikuti langkah-langkah setan. Dan ‘aneh’nya, perintah untuk mengkonsumsi makanan halal dan baik tidak ditujukan buat kaum muslimin saja, tapi juga seluruh manusia. InI menunjukkan bahwa hukum tersebut berlaku umum, yang menandakan bahwa seorang non muslim pun sebenarnya diperintahkan untuk makan makanan yang halal dan baik. Sebab kebejatan moral manusia pada umumnya berasal dari makanan yang tidak halal dan tidak baik.

Bila makanan kita baru berupa makanan yang halal saja, maka kecenderungan untuk mengikuti langkah setan masih cukup besar. Namun kalau kita mengkonsumsi rezeki yang tidak saja halal namun juga baik, maka pintu-pintu kemaksiatan bisa tertutup dan kecenderungan untuk mengikuti langkah setan pun bisa diminimalisir. Jadi dua syarat ini, halal dan baik, adalah mutlak diperlukan untuk menghasilkan manusia yang tidak berbuat keji dan jahat.

Apakah makanan bisa juga menyebabkan kekufuran? Saya tidak berani menyimpulkan demikian. Namun jika kita melihat kalimat terakhir dari ayat 169 di atas, bahwa setan menyuruh kita untuk mengatakan apa yang tidak kamu ketahui tentang Allah, maka kesimpulan yang mengarah ke hal tersebut bisa saja terjadi. Sebab bukankah hanya orang-orang kafir yang hobi mengatakan sesuatu tentang Allah padahal sebenarnya mereka sama sekali tidak tahu apa-apa tentang Allah?

Jadi untuk membangun generasi Rabbani, atau generasi yang berkualitas akhlak dan ibadahnya, bisa diawali dari bagaimana kita memperhatikan kehalalan dan ke-thoyib-an makanannya. Wallahu’alam.

Muhammad Zulkifli

Maret 16, 2008

Maksiat Diawali Karena Tidak Sholat


Kasus VCD Bandung Lautan Asmara yang heboh di sekitar tahun 2000an yang lalu adalah satu dari indikasi kemerosotan moral di kalangan anak muda Indonesia. VCD yang menayangkan mahasiwa sebuah PTS di Bandung yang melakukan hubungan intim dengan pacarnya tersebut menjadi berita terheboh saat itu. Seolah kasus seperti ini tidak pernah terjadi dan merupakan coreng bagi dunia pendidikan tanah air.

Tapi setelah kejadian itu muncullah film-film lanjutan yang mengangkat ’tema’ yang sama. Ada VCD pelajar Cianjur, pelajar Medan, dan sebagainya. Bedanya, film-film tersebut tidak menjadi berita heboh sebagaimana pionernya terdahulu. Mengapa demikian? Barangkali karena masyarakat kita sudah telanjur sering melihat kejadian-kejadian seperti ini dan lama kelamaan sudah menganggap hal tersebut biasa dan lumrah. Mungkin nanti kalau ada lagi VCD seperti ini masyarakat kita sudah tidak mempersoalkannya lagi! Naudzubillah.

Kenapa orang mudah sekali terjerumus dalam dosa? Dimana embrionya kemaksiatan itu? Ternyata kemaksiatan sebenarnya di awali dengan sesuatu yang sangat sederhana, yaitu meninggalkan sholat.

Maka datanglah sesudah mereka pengganti yang menyia-nyiakan sholat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka mereka kelak akan menemui kesesatan (QS.19:59)

Memperturutkan hawa nafsu ternyata satu paket dengan menyia-nyiakan sholat. Sama seperti menyia-nyiakan makanan satu paket dengan kelaparan. Menyia-nyiakan keluarga satu paket dengan perceraian. Menyia-nyiakan umur satu paket dengan kegagalan masa depan. Menyia-nyiakan kesempatan belajar satu paket dengan kebodohan, dan seterusnya.

Lihat dan cobalah kita teliti, bagaimana karakter para pelaku maksiat tersebut. Hampir rata-rata mereka adalah orang yang cuek bebek ketika adzan memanggil, tidak peduli ketika diajak sholat oleh teman, dan masa bodoh dimarahi orang tua/kerabat terdekatnya ketika tidak melakukan sholat. Sholat bagi mereka adalah aktivitas yang membuang waktu, dan bukan investasi waktu. Akibat fatalnya, ketika mereka mendapat musibah, mereka tidak lari kepada Allah, tapi kepada dukun dan ’orang pintar’. Efek dari meninggalkan sholat malah menjurus pada kesesatan!
Namun tentu kita tidak boleh berputus asa. Seringkali hidayah itu datang ketika ada orang yang dengan sabar terus menasehati para pelaku maksiat. Mereka adalah saudara-saudara kita juga yang tentu saja berhak atas surgaNya Allah. Mengajak mereka mengerjakan sholat, berarti kita sudah membantu mengurangi angka kemaksiatan di negeri ini. Wallahu’alam.

Muhammad Zulkifli

Mungkin Ini Penyebab Kenapa Sholat Tidak Mencegah Perbuatan Buruk


Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al-Qur’an) dan dirikanlah sholat. Sesungguhnya sholat itu mencegah dari (perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah adalah lebih besar dari ibadah yang lain. Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan (QS.29:45)

Ada pertanyaan yang sedari dulu cukup mengganggu pikiran saya. Ketika melihat realitas di lapangan, betapa banyaknya teman-teman, atau orang-orang yang saya kenal secara pribadi maupun dari media, yang ibadah sholatnya rajin tapi maksiatnya jalan. Istilahnya STMJ (Sholat Terus Maksiat Jalan). Para koruptor sebagian adalah orang-orang yang rajin sholat. Mereka yang sehari-harinya pengurus masjid ternyata pernah ada juga yang cacat moral. Kalau kita baca di koran-koran, ada ustadz yang mencabuli anak muridnya. Ada guru yang menggampar siswanya. Salah satu teman saya di kantor (dan sekarang sudah mengundurkan diri) adalah orang yang rajin sholat di mushola kantor. Namun beliau ternyata hobi membuat KTP palsu agar bisa mendapat kartu kredit dari bank-bank yang menawarkan produk tersebut. Setelah dana didapat dan jatuh tempo pembayaran, dia pun menghindar dan mengatakan bahwa orang yang dicari para kreditur tersebut bukanlah dirinya karena tidak sesuai dengan KTP asli. Lain lagi dengan teman satu saya satu lagi. Sewaktu di kampus dia adalah aktivis masjid. Namun dengan teganya dia membawa kabur uang orang lain sebesar 2 juta rupiah dengan dalih bisnis handphone.

Ada apa dengan sholat? Benarkah sholat tidak efektif mencegah kemungkaran? Hemat saya, sebelum berpikiran seperti itu, mungkin kita harus merubah pola pikir kita tentang ayat di atas. Di surah tersebut jelas sekali tercantum bahwa sholat mencegah perbuatan keji dan mungkar. Tapi kita tidak bisa berkesimpulan bahwa hanya sholat yang bisa mencegahnya, karena ayat tersebut terdiri dari 2 perintah dan 1 makna. Selain sholat , Allah juga menyuruh membaca Al-Qur’an. Malah inilah perintah pertamanya. Kesimpulan awalnya, boleh jadi para pelaku kemungkaran adalah mereka yang hanya mengerjakan sholat dan tidak membaca Al-Qur’an atau tilawah. Padahal ini adalah perintah satu paket. Tidak bisa sholat tanpa tilawah, atau tilawah saja tapi tidak sholat. Kalau salah satunya yang dikerjakan, ini tidak efektif untuk mengurangi kemungkaran. Dan kalau kedua-duanya dikerjakan tapi tidak bermuara pada satu tujuan, yaitu mengingat Allah, sama saja tidak bisa mencegah kemungkaran. Sholat dan tiilawah menjadi aktivitas sehari-hari yang tidak bermakna apa-apa. Padahal jelas tujuan Allah menyuruh kita membaca Al-Qur’an dan mendirikan sholat adalah untuk mengingatNya. Dengan mengingat Allah, kemaksiatan dan kemungkaran bisa dihilangkan, atau setidaknya diminimalisir. Wallahu’alam.

Muhammad Zulkifli

Januari 08, 2008

Berteman dengan Setan



Pasti di antara kita punya teman akrab, baik di sekolah, kampus, kantor atau lingkungan rumah. Teman terkadang (dan bahkan seringkali) mempengaruhi pola pikir kita, keputusan-keputusan kita, cara berkomunikasi kita, cara kita merespon kejadian sampai dengan mempengaruhi masa depan kita! Pameo umum mengatakan, kalau mau melihat masa depan seseorang, lihatlah dengan siapa dia bergaul.

Cara berkomunikasi seseorang yang bergaul dengan preman, mungkin kosa katanya lebih banyak menjurus pada ancaman-ancaman. Pola pikir seseorang yang bergaul dengan entrepreneur, tentu lebih mengarah pada cara melihat peluang bisnis. Tapi bagaimana dengan mereka yang banyak ’bergaul’ dengan setan?
Tentu maksud saya bukan dukun atau pelaku praktek klenik. Mereka yang bergaul dengan setan dalam konteks Al-Qur’an adalah mereka yang riya, tidak beriman pada Allah dan hari kemudian.

Dan orang-orang yang menginfakkan hartanya karena riya kepada orang lain, dan orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Barangsiapa menjadikan setan sebagai temannya, maka (ketahuilah) dia adalah teman yang sangat jahat. (QS.An-Nisa:38)

Salah satu ciri teman setan adalah riya dalam menginfakkan hartanya. Para pelaku bisnis, artis, public figure, adalah orang-orang yang sangat rawan dihinggapi penyakit ini. Kehidupan yang dikelilingi oleh pers sedikit banyak bisa menjerumuskan mereka ke penyakit riya ini. Namun kita yang orang biasa-biasa ini pun tidak berarti bebas dari sifat riya dalam berinfak. Meski tidak ada wartawan yang mengejar kita, tapi ada orang lain yang kita harapkan apresiasinya. Dia bisa mertua, atasan, calon istri/suami, atau komunitas yang kita ikuti. Tujuan kita mungkin tidak selalu ingin disebut dermawan, tetapi bisa juga karena ingin diterima orang lain.

Syaithon adalah makhluk yang menjerumuskan. Berteman dengannya jelas hanya membawa masalah. Menjadi pribadi yang tidak haus pujian ketika berderma sama seperti menolak syaithon menjadi teman kita. Jika kita sudah terlalu dekat sama syaithon, maka pola pikir kita, cara kita berbicara, kata-kata yang keluar dari lisan kita, perbuatan-perbuatan kita, pilihan-pilihan kita, sangat mungkin dipengaruhi oleh syaithon la’natullah. Jadi tidak usah bingung atau heran ketika melihat diri kita sendiri, yang kalau ngobrol dengan orang lain selalu nyelekit, yang selalu berpikiran negatif, yang memilih sesuatu berdasarkan nafsu dan yang tidak bisa menjaga pergaulan dengan lawan jenis. Sangat besar karakter seperti itu berawal dari penyakit riya yang ada di hati kita!
Tolaklah syaithon menjadi teman kita dengan menjadi pribadi yang ikhlas. Mendekatkan diri terus menerus pada Allah, sama dengan menjaga jarak dengan syaithon. Biarkan syaithon sendirian di neraka, tidak perlu ngajak-ngajak kita. 

Muhammad Zulkifli

Keajaiban Tahajud dan Sedekah

Di tahun 1970an, seorang anak muda dari gunung Kidul baru saja lulus STM. Dia merantau ke Jakarta dan mulai mencari pekerjaan. Namun apa daya, pekerjaan tak juga dia dapat. Dia lalu bangun malam, mandi dan sholat tahajud serta berdoa pada Allah SWT, kalau dia dapat pekerjaan, di bulan pertama dia akan menyedekahkan seluruh gajinya buat fakir miskin. Singkat cerita dia pun mendapat pekerjaan sebagai satpam di kawasan Pulo Gadung. Di bulan pertama ia mendapat gaji (waktu itu 250 ribu rupiah), ia menepati janjinya dengan berkeliling untuk bersedekah. Gajinya pun habis dan dia tidak punya pegangan uang sama sekali. Dia meminta izin sama pemilik perusahaan, bahwa dia ingin menginap satu malam di kantor. Bos nya pun terkejut karena selama ini tidak ada yang berani nginap di kantor karena kawasan Pulo Gadung di tahun 70an adalah kawasan yang rawan akan kejahatan. Karena bersimpati, bos nya pun memberikan uang 150 ribu buat anak muda ini. Di tengah malam pintu kantor diketuk orang. Ternyata ada seseorang yang mobilnya mogok dan butuh bantuannya buat menghidupkan. Karena anak ini lulusan STM, maka dengan mudah ia pun menghidupkan mobil tersebut yang ternyata kabel businya putus.. Pemilik mobil pun memberikan uang terima kasih kepadanya sebesar Rp.100,000.

Berbulan-bulan ia bekerja di Pulo Gadung, sampai suatu saat bos nya mengatakan pada anak muda ini bahwa perusahaan bangkrut. Ia berniat menjualnya namun tidak ada yang berminat. Harga yang ditawarkan adalah 15 miliar rupiah. Anak muda ini mengajak bos nya buat sama-sama bangun malam, mandi dan kemudian tahajud. Dalam doanya, anak muda ini meminta agar Allah bersedia menolong atasannya.

Beberapa minggu kemudian, dalam Rapat Umum Pemegang Saham, bos nya keluar dari ruangan dan menghampiri anak muda ini sambil tersenyum. Ia mengatakan bahwa perusahaan telah berhasil ia jual dengan nilai 16,2 miliar! Sebagai tanda terima kasih, ia menghadiahkan 1,2 miliar buat dirinya. Anak muda ini mengambil 900 juta untuk membangun beberapa rumah di kampungnya di Gunung Kidul dan memberangkatkan sanak familinya ke tanah suci. Sisanya yang 300 juta ia bangun usaha. Kini, anak muda itu adalah pemilik tiga perusahaan besar di kawasan Pulo Gadung!

Muhammad Zulkifli

Belajar Butuh pada Allah

Allah SWT Maha Kaya. Pernyataan ini tentu sudah tidak perlu diragukan lagi bagi orang yang mengaku dirinya beriman. Kekayaan Allah tidak saja sebatas Pemilik Mutlak atas apa yang kita miliki, tetangga miliki, pejabat miliki,dan pengusaha miliki saja. Perbendaharaan Allah juga tidak hanya sampai di tingkat kelurahan, tingkat provinsi maupun tingkat negara. Bahkan apa yang diakui sebagai aset-aset milik Istana Negara seperti gedung, perabotan, uang kas dan lainnya secara hakekat ada dalam genggaman kekuasaan Allah. Dia bisa mencabut semua itu dari pemilik sementaranya dan mengalihkan ke pemiliknya yang baru. Sudah berkali-kali ganti presiden, dan Istana Negara pun tetap tidak bisa dimiliki secara pribadi. Harta pribadi pun bisa dicabut oleh Allah. Hanya butuh 57 detik untuk menghilangkan harta benda warga Jogkakarta dengan mengirimkan gempa. Tidak perlu berjam-jam untuk ‘menenggelamkan’ aset-aset miliaran dolar yang ada di kapal pesiar Titanic. Pun untuk mengubah standart hidup seorang penguasa yang terbiasa hidup bergelimang harta menjadi turun drastis pun tidak butuh waktu yang lama, sebagaimana terjadi pada mantan presiden Irak Saddam Hussein, Ferdinand Marcos, atau lainnya. Kalau sudah begitu, lantas mengapa seseorang tidak berusaha dekat kepada Pemilik Mutlaknya?

Kepemillikan Allah pun tidak terhenti hanya sebatas bumi saja. Bahkan langit dan segala isinya mutlak dikuasai dan dimiliki oleh Allah. Tidak ada semilimeter pun apa yang ada di langit dan di bumi tidak dimiliki Allah. Uang yang kita pegang, kendaraan yang kita bawa, istri/suami yang menemani kita, perusahaan tempat kita bekerja, bisnis kita, semuanya adalah milik Allah. Bukan milik kita, bukan pula milik kerabat atau atasan kita. Status kita dan mereka adalah sebatas peminjam saja.

Coba kita analogikan seperti ini. Seandainya kita punya kesempatan untuk menjalin keakraban di kantor, kira-kira kepada siapa kita akan lebih banyak menghabiskan waktu buat bergaul? Apakah dengan office boy, manajer, rekan sekerja, direktur, komisaris atau pemilik perusahaan? Bagi yang ingin meniti karir dan meraih kesuksesan di kantor, atau ingin gajinya dinaikkan, tentu kita akan menjalin keakraban dengan pemilik perusahaan. Sebab di tangannya lah segala keputusan lahir. Jika manajer mau memecat kita, tapi pemiliknya masih senang terhadap kita, otomatis kita pun akan tetap bekerja di tempat itu. Sebaliknya, jika pemilik perusahaan sudah benci pada kita, maka sebagus apa pun prestasi kerja tetap tidak akan mempengaruhi keputusannya buat memecat kita. Jika dirunut, maka kebutuhan kita untuk bisa berteman akrab dengan pemilik perusahaan jauh lebih besar daripada kebutuhan kita untuk berteman dengan manajer.

Seperti itulah seharusnya pola pikir kita. Kebutuhan kita terhadap pertolongan Allah haruslah jauh lebih besar daripada kebutuhan kita terhadap uang, jabatan, pekerjaan, istri atau lainnya. Apa susahnya jika Pemilik Kerajaan langit dan bumi ini sudah menolong kita sekalipun kita tidak punya uang, tidak punya kerabat dekat, atau tidak punya pekerjaan? Harusnya kita lebih takut kehilangan Allah daripada kehilangan lainnya. Misalnya, kalau kita butuh pekerjaan, tentu kita akan berusaha bekerja lebih baik agar tidak kehilangan mata pencaharian. Kalau kita butuh kendaraan yang selama ini dipakai, tentu kita berusaha menjaganya agar tidak sampai dicolong maling. Dan kalau kita butuh sama Allah, tentu saja kita harus menjaga hubungan dengan Allah agar Dia tidak meninggalkan kita. Sebab jika Allah sudah meninggalkan kita, lalu kepada siapa kita akan minta pertolongan?

Mari kita berdoa pada Allah, agar Dia menumbuhkan rasa butuh di hati kita kepadaNya melebihi kebutuhan kita terhadap apapun selain Dirinya. Wallahu’alam.

Muhammad Zulkifli

Bertakwalah Engkau, Sehari Aja!

Dalam hidup ini tentu kita tidak bisa lepas dari yang namanya masalah. Standar kesulitannya pun berbeda-beda tiap orang. Ada yang ringan dan berat. Respon terhadap permasalahan yang dihadapi pun juga beragam, mulai dari mencoba mendekati diri pada Allah, meminta bantuan orang lain dan bahkan ada yang bunuh diri karena tidak kuat menanggung beban! Padahal masalah adalah bagian dari hidup, dan hidup tentu tidak lepas dari masalah.

Salah satu masalah yang melekat pada hidup seseorang adalah finansial/keuangan. Dan tampaknya ini yang menjadi penyebab dari rentetan kejadian lainnya. Misalnya perceraian karena masalah ekonomi. Masuk penjara karena nyuri ayam buat makan keluarga. Menjadi (maaf) pelacur karena harus menyekolahkan adik-adiknya. Dikejar-kejar orang karena banyak hutang. Dan sebagainya.

Kalau berkaitan dengan ekonomi alias uang, maka solusi yang biasanya kita pikirkan adalah bagaimana mencari uang tambahan. Bagi pejabat yang licik mungkin berpikir untuk nilep uang negara. Bagi karyawan swasta mungkin menggunakan fasilitas kantor untuk proyek luarnya. Bagi pengangguran mungkin meminta uang dari orang tua atau saudara-saudaranya. Bagi pegawai negeri mungkin memanfaatkan posisinya buat memeras masyarakat seperti bikin izin usaha, KTP dan lainnya. Alasan utama biasanya karena gaji tidak mencukupi untuk kebutuhan hidup.

Pernahkah kita berpikir bahwa rezeki kita ternyata tidak ada hubungannya dengan gaji, tidak ada kaitannya dengan jumlah tabungan, tidak ada sangkut pautnya dengan piutang orang lain terhadap kita? Rezeki kita ternyata bergantung pada kualitas ketakwaan dan ketawakalan kita pada Allah.

Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, maka akan dibukakan jalan keluar dan rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka (QS.65:2-3)

Takwa itu secara sederhana adalah menjalankan perintah Allah dan menjauhi laranganNya. Penjabarannya ada tiga hal, yaitu bagaimana kita meningkatkan kualitas ibadah, menambah kuantitas ibadah serta mengurangi frekuensi maksiat. Mari kita lihat contohnya.

Si Bedu punya hutang 10 juga rupiah. Untuk melunasinya, si Bedu minta tolong sama Allah supaya ia dibukakan pintu rezeki. Maka Bedu pun menambah kuantitas ibadahnya, dari yang tadinya hanya sholat wajib kini sholat sunnah rawatib juga dikerjakan. Dari yang hanya membaca Al-Qur’an sehari sekali, maka menjadi sehari lima kali. Dari sisi kualitas ibadah, Bedu berusaha sholat lebih khusyu’, bersedekah lebih ikhlas, berusaha menghadirkan Allah dalam setiap aktivitasnya. Sementara untuk mengurangi kemaksiatan, Bedu mengurangi ngumpul bareng sama teman-temannya karena biasanya yang dibicarakan adalah obrolan yang mengundang dosa, mengurangi nonton teve yang banyak mengumbar aurat, dan tidak baca tabloid gosip lagi.

Semua hal ini merupakan ikhtiar ruhiyah untuk mendatangkan pertolongan Allah. Namun yang sering kita pikirkan adalah, kenapa Allah tidak juga menolong kita? Toh hutang kita makin hari malah bertambah banyak, bukannya berkurang. Daripada kita menuntut Allah untuk segera membuka sumber-sumber rezeki, mengapa kita tidak bertanya pada diri sendiri, apakah ketakwaan kita pada Allah sudah maksimal? Jangan-jangan kita malah semakin sering bermaksiat pada Allah. Ada dosa-dosa baru yang tidak disadari sudah kita lakukan.

Maka kita harus memotivasi diri sendiri untuk bertakwa pada Allah. Kalau masih berat, berpikirlah bahwa kita bertakwa hanya untuk sehari saja. Dalam satu hari tingkatkan kualitas ibadah kita, tambah kuantitas sholat kita, dan kurangi kegemaran kita akan maksiat. Tidak perlu berpikir yang jauh-jauh dulu, cukup memikirkan untuk bertakwa satu hari saja. Besoknya kita pun berusaha untuk tetap bertakwa. Dan seterusnya.

Kalau kita sudah melakukannya, insya Allah pertolongan Allah sudah dekat.

Muhammad Zulkifli

Menjadi Hamba ’Ekslusif’

Bila kita perhatikan ayat-ayat Allah SWT di Al-Qur’an, biasanya Allah menyelipkan perkataan seperti bagi siapa saja yang Dia Kehendaki. Kalimat ini bersanding dengan kosa kata ampunan, rezeki, penyucian, dsb. Misalnya Allah mengampuni dosa selain syirik bagi siapa saja yang Dia kehendaki (QS.4:48) Ini berarti pengampunan dan rezeki adalah sesuatu yang ekslusif dan bergantung pada kehendak Allah bila dilihat dari sisi pemberian Allah. Namun ada juga segolongan orang yang justru memiliki sifat ekslusif. Sifat ini tidak semua orang yang memilikinya, dan kalau pun ada yang memilikinya hanya segelintir manusia. Sifat tersebut adalah rasa syukur.

Sesungguhnya Allah memberikan karunia kepada manusia, tetapi kebanyakan manusia tidak bersyukur (QS.2:243)

Di situ jelas sekali disebutkan bahwa banyak manusia yang tidak bersyukur. Berarti secara logis bisa kita simpulkan hanya sedikit manusia yang bersyukur. Hal ini dipertegas lagi dalam surah Al-A’raf ayat 10: Dan sungguh Kami telah menempatkan kamu di bumi dan di sana Kami sediakan penghidupan untukmu, (tetapi) sedikit sekali kamu bersyukur.

Para pakar psikologi dan motivasi seperti Norman Vincent, Zig Ziglar, Harold Sherrman sepakat bahwa bersyukur adalah salah satu cara untuk meraih apa yang kita cita-citakan. Bahkan Erbe Sentanu melalui konsep Quantum Ikhlas-nya menyebutkan bahwa rasa syukur adalah bentuk dari positive feeling sebagai ganti dari positive thinking yang daya tariknya terhadap energi alam semesta lebih rendah.

Syukur itu sederhana, tetapi tidak mudah. Ketika kita dapat nikmat kita mungkin mudah untuk bersyukur. Tapi ketika Allah menguji kita dengan kesempitan, penderitaan ataupun kehilangan sesuatu, maka bisa jadi kita ’buta’ terhadap karunia Allah lainnya. Kita lebih menekankan pada aspek negatif dari kejadian yang kita alami, dan cenderung menyalahkan Allah. Karena itulah Rasulullah saw selalu menganjurkan kita untuk melihat orang-orang yang lebih berkekurangan agar rasa syukur kita kian terasah. Misalnya ketika kita bosan dengan kondisi lingkungan kerja kita, maka lihatlah teman kita yang masih menganggur. Atau ketika kita pusing dengan urusan rumah tangga, maka lihatlah teman kita yang hingga saat ini masih kesulitan mendapat jodoh. Ketika kita terlilit hutang sekian ratus ribu, lihat pula mereka yang tercekik hutang jutaan rupiah. Dan seterusnya.
Uniknya, bagi hamba ekslusif, maka Allah pun memberi reward langsung kepadanya tanpa ada syarat.

Allah akan memberikan balasan kepada orang yang bersyukur (QS.3:144)

Dan Kami akan memberikan balasan kepada orang-orang yang bersyukur (QS.3:145)

Semoga kita menjadi hamba-hambaNya yang bersyukur.

Muhammad Zulkifli 

Mengejar Ampunan Allah

Apakah yang lebih bernilai dari hidup ini selain ampunan Allah SWT? Jika waktu kecil pernah berbuat kesalahan pada orang tua kita, mungkin dampaknya orang tua kita tidak akan memberi uang jajan selama satu minggu. Kalau kesalahan itu terhadap guru sekolah kita, efeknya nilai rapor kita pun ikut berpengaruh. Semasa kuliah, kita pernah membuat marah dosen kita, dan sebagai akibatnya tugas akhir kita pun dipersulit, saat sidang malah dijatuhkan. Masuk dunia kerja dan melakukan kesalahan prosedur operasional, bisa-bisa selain kena surat peringatan, karir kita pun bisa tamat sampai di situ.

Demikian pula bila kita berbuat salah kepada Allah. Bukan hanya urusan dunia saja yang bakal repot, bahkan di akherat nanti bisa-bisa kita termasuk orang-orang yang merugi. Naudzubillah. Di dunia ini, kesalahan alias dosa kepada Allah bisa menyumbat keran-keran rezeki kita, bisa menjauhkan kita dari jodoh yang sudah Allah tetapkan buat kita, bisa menunda kita mendapat anak, bisa mempersulit segala urusan kita, bisa membuat orang lain benci pada kita, bisa menghambat cita-cita kita, bisa menggerogoti harta benda kita, bisa mendatangkan musibah dan sebagainya. Sedangkan di akherat lebih parah lagi. Selain bisa menenggelamkan kita, dosa pun bisa membuat neraka rindu untuk memeluk tubuh kita.


Untunglah Allah masih memberi kesempatan pada kita untuk bertaubat. Kita tidak hanya disuruh minta ampunan, tapi justru disuruh bergegas mengejar ampunan tersebut. Ampunan Allah bersifat ekslusif, Dia berikan pada siapa saja yang Dia kehendaki. Dan sebagai ’produk’ ekslusif yang tidak ’pasaran’, maka (seharusnya) banyak yang memburunya, banyak yang mencarinya dan banyak pula yang mengejarnya. Ibarat handphone keluaran terbaru, tentu banyak orang yang mencari-cari dan takut tidak mendapatkannya.


Dan bersegeralah kamu mencari ampunan dari Tuhanmu dan mendapatkan surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa (QS.3-133)


Kita disuruh bersegera dalam mencari ampunanNya, seolah kalau kita tidak cepat-cepat mencarinya kita akan kehilangan momentum tersebut. Dan memang kesempatan untuk mendapatkan ampunan tersebut bisa jadi sangat langka. Kesempatan-kesempatan tersebut terangkum dalam ayat 134 pada surah yang sama, yaitu berinfak di waktu lapang dan sempit, menahan marah dan memaafkan kesalahan orang lain. Tiga kesempatan itu sangat jarang kita peroleh, dan kalau pun kita mengalami moment tersebut, bisa jadi kita tidak maksimal memanfaatkannya. Contoh, ketika kita dalam kondisi ekonomi yang pas-pasan, ada teman yang mau pinjam uang. Ini adalah kesempatan untuk mendapatkan ampunan Allah, namun seringkali kita enggan mengeluarkan sebagian isi dompet untuk menolong teman tersebut. Atau ketika ada orang lain yang mencaci maki kita, sangat boleh jadi kita akan balas memakinya dibanding diam menahan marah. Dan ketika kita punya kesempatan untuk membalasnya, kita lebih memilih melampiaskan dendam ketimbang memaafkan orang tersebut. Ini berarti kita tidak bersegera mencari ampunan Allah.


Saat-saat seperti itu sebenarnya adalah peluang yang Allah berikan pada kita untuk mendapat hak ekslusif berupa ampunan. Namun sayangnya, kita lebih memilih santai-santai saja dalam mencari ampunan, seolah ampunan itu akan Allah berikan tanpa usaha dari kita untuk mendapatkannya. Semoga kita termasuk orang-orang yang mengejar ampunan Allah dengan menjadi pribadi yang gemar bersedekah, menahan amarah ketika mampu marah, serta memaafkan orang-orang yang pernah merugikan kita. Wallahu’alam.

Muhammad Zulkifli