Januari 08, 2008

Bertakwalah Engkau, Sehari Aja!

Dalam hidup ini tentu kita tidak bisa lepas dari yang namanya masalah. Standar kesulitannya pun berbeda-beda tiap orang. Ada yang ringan dan berat. Respon terhadap permasalahan yang dihadapi pun juga beragam, mulai dari mencoba mendekati diri pada Allah, meminta bantuan orang lain dan bahkan ada yang bunuh diri karena tidak kuat menanggung beban! Padahal masalah adalah bagian dari hidup, dan hidup tentu tidak lepas dari masalah.

Salah satu masalah yang melekat pada hidup seseorang adalah finansial/keuangan. Dan tampaknya ini yang menjadi penyebab dari rentetan kejadian lainnya. Misalnya perceraian karena masalah ekonomi. Masuk penjara karena nyuri ayam buat makan keluarga. Menjadi (maaf) pelacur karena harus menyekolahkan adik-adiknya. Dikejar-kejar orang karena banyak hutang. Dan sebagainya.

Kalau berkaitan dengan ekonomi alias uang, maka solusi yang biasanya kita pikirkan adalah bagaimana mencari uang tambahan. Bagi pejabat yang licik mungkin berpikir untuk nilep uang negara. Bagi karyawan swasta mungkin menggunakan fasilitas kantor untuk proyek luarnya. Bagi pengangguran mungkin meminta uang dari orang tua atau saudara-saudaranya. Bagi pegawai negeri mungkin memanfaatkan posisinya buat memeras masyarakat seperti bikin izin usaha, KTP dan lainnya. Alasan utama biasanya karena gaji tidak mencukupi untuk kebutuhan hidup.

Pernahkah kita berpikir bahwa rezeki kita ternyata tidak ada hubungannya dengan gaji, tidak ada kaitannya dengan jumlah tabungan, tidak ada sangkut pautnya dengan piutang orang lain terhadap kita? Rezeki kita ternyata bergantung pada kualitas ketakwaan dan ketawakalan kita pada Allah.

Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, maka akan dibukakan jalan keluar dan rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka (QS.65:2-3)

Takwa itu secara sederhana adalah menjalankan perintah Allah dan menjauhi laranganNya. Penjabarannya ada tiga hal, yaitu bagaimana kita meningkatkan kualitas ibadah, menambah kuantitas ibadah serta mengurangi frekuensi maksiat. Mari kita lihat contohnya.

Si Bedu punya hutang 10 juga rupiah. Untuk melunasinya, si Bedu minta tolong sama Allah supaya ia dibukakan pintu rezeki. Maka Bedu pun menambah kuantitas ibadahnya, dari yang tadinya hanya sholat wajib kini sholat sunnah rawatib juga dikerjakan. Dari yang hanya membaca Al-Qur’an sehari sekali, maka menjadi sehari lima kali. Dari sisi kualitas ibadah, Bedu berusaha sholat lebih khusyu’, bersedekah lebih ikhlas, berusaha menghadirkan Allah dalam setiap aktivitasnya. Sementara untuk mengurangi kemaksiatan, Bedu mengurangi ngumpul bareng sama teman-temannya karena biasanya yang dibicarakan adalah obrolan yang mengundang dosa, mengurangi nonton teve yang banyak mengumbar aurat, dan tidak baca tabloid gosip lagi.

Semua hal ini merupakan ikhtiar ruhiyah untuk mendatangkan pertolongan Allah. Namun yang sering kita pikirkan adalah, kenapa Allah tidak juga menolong kita? Toh hutang kita makin hari malah bertambah banyak, bukannya berkurang. Daripada kita menuntut Allah untuk segera membuka sumber-sumber rezeki, mengapa kita tidak bertanya pada diri sendiri, apakah ketakwaan kita pada Allah sudah maksimal? Jangan-jangan kita malah semakin sering bermaksiat pada Allah. Ada dosa-dosa baru yang tidak disadari sudah kita lakukan.

Maka kita harus memotivasi diri sendiri untuk bertakwa pada Allah. Kalau masih berat, berpikirlah bahwa kita bertakwa hanya untuk sehari saja. Dalam satu hari tingkatkan kualitas ibadah kita, tambah kuantitas sholat kita, dan kurangi kegemaran kita akan maksiat. Tidak perlu berpikir yang jauh-jauh dulu, cukup memikirkan untuk bertakwa satu hari saja. Besoknya kita pun berusaha untuk tetap bertakwa. Dan seterusnya.

Kalau kita sudah melakukannya, insya Allah pertolongan Allah sudah dekat.

Muhammad Zulkifli

Tidak ada komentar: