April 05, 2012

Minta Tolonglah dengan Sabar dan Sholat (1)

Dan mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) salat. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk, (yaitu) orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya. (Al Baqarah 45-46)

Setiap manusia pasti punya masalah. Rasanya tidak ada orang di sekitar kita yang tidak punya masalah, baik besar maupun kecil. Ada yang bermasalah dengan hutang piutang, ada yang punya masalah suaminya berselingkuh, istrinya membangkang, anaknya nakal, jodoh belum ketemu, penyakit yang tidak sembuh-sembuh, belum diberi anak dan lainnya. Substansinya bukanlah pada APA masalahnya, melainkan BAGAIMANA hubungan kita dengan Allah SWT. Seberat apapun masalah, kalau kita dekat sama Allah, maka masalah itu akan terasa ringan. Dan seringan apapun masalah, kalau kita jauuuuuh dari Allah, maka masalah itu akan terasa berat. Ada orang yang punya hutang 1 juta rupiah sudah uring-uringan, tidak bisa tidur, stress. Namun ada juga yang punya hutang 1 miliar tapi santai-santai aja, bisa makan enak, dan tidak stress.

Ada orang yang ketika tumbuh bisul di tubuhnya sudah gelisah dan merasa tidak leluasa bergerak. Tapi ada juga orang yang di tubuhnya ada tumor tetap masih bisa ketawa-ketiwi, bercengkerama dengan anak, dan bahkan pergi mancing. Semua itu bersumber dari kebersihan hati yang berasal dari kedekatan kepada Allah SWT.

Dalam Al Qur’an Allah mengatakan bahwa kita harus meminta pertolongan dengan sabar dan sholat. Sabar adalah kondisi aktif dalam menghadapi masalah. Ketika masih belum dapat kerja, kita masih sabar mengirim surat lamaran ke berbagai perusahaan. Ketika belum punya anak, kita masih bersabar dengan terus mendatangi dokter atau ahli kesehatan reproduksi. Ketika penyakit tak kunjung sembuh, kita masih sabar berobat dan minum jamu. Jadi sabar adalah kondisi yang aktif, bukan nrimo.

Umumnya orang bisa bersabar, dan umumnya pula sambil bersabar orang pasti berdoa dalam sholatnya. Lalu kenapa masalah tak kunjung selesai? Maka yang perlu kita selidiki adalah bagaimana sholat kita. Untuk tulisan pertama ini, saya akan membahas dari segi ketepatan waktu.

Pembaca Taman Firdaus tentunya adalah orang-orang yang saya tidak perlu ragukan lagi sholat 5 waktunya. Kita di sini insya Allah pasti mengerjakan sholat lima waktu. Hanya persoalannya adalah, jam berapa kita melakukan sholat tersebut?

Banyak dari kita yang mengerjakan sholat dhuhur mendekati waktu asar, sholat asar pas mau magrib, sholat magrib mendekati isya, sholat subuh pas detik-detik matahari mau terbit. Kita telat menjawab panggilan Allah. Barangkali inilah yang menghambat atau memperlama terkabulnya doa-doa kita.

Misalnya dhuhur jam 12, tapi kita baru ngerjain jam 12.30. Ada keterlambatan 30 menit di situ. Kemudian ashar jam 15.30, tapi kita baru ngerjain jam 16.00. Anggap saja satu hari kalau ditotal kita telat 2 jam (yang dijumlahkan dari menit-menit telat setiap masuk waktu sholat). Berarti seminggu kita telat 14 jam. Sebulan telat 60 jam. Setahun telat 720 jam! Kalau dibagi 24 jam, hasilnya adalah 30! Kita telat memenuhi panggilan Allah selama 30 hari alias 1 bulan!

Analogikan begini. Bos di kantor memanggil kita. ”Stafku, coba ke ruangan sebentar!” demikian pintanya. Kita sebagai staf mendengar panggilan itu, tapi kita ga datang-datang. Sebulan kemudian barulah kita ke ruangannya dan berkata, ”Pak, ada apa manggil saya sebulan yang lalu? Oiya, saya boleh minta naik gaji ga bulan ini?” Insya Allah kalau seperti ini, bukan gaji yang kita dapat, tapi SP atau sekalian PHK.

Karyawan seperti itu jelas karyawan yang akan dinomorduabelaskan kalau ada promosi jabatan, kenaikan gaji, atau bonus prestasi. Dan karyawan seperti ini akan menempati urutan pertama kalau ada program PHK massal dan tidak akan diacuhkan kalau demo menuntut kesejahteraan.

Demikian juga kalau kita jauh dari Allah. Bagaimana mungkin sholat yang kita kerjakan bisa menolong kita mengatasi persoalan hidup, kalau setiap Allah memanggil kita saat adzan saja kita tidak segera menyambutnya? Kita seringkali tidak adil. Meminta Allah supaya cepat mengabulkan doa kita, tapi tidak pernah cepat saat Allah memanggil kita. Inilah letak masalah pertama kenapa persoalan hidup kita tak kunjung beres.

Abdullah Ibnu Mas’ud RA berkata, “Aku bertanya kepada Rasulullah, “Ya Rasulullah, amal perbuatan apa yang paling afdhal?” Beliau menjawab, “Shalat tepat pada waktunya.” Aku bertanya lagi, “Lalu apa lagi?” Beliau menjawab, “Berbakti kepada kedua orang tua.” Aku bertanya lagi, “Kemudian apa lagi, ya Rasulullah?” Beliau menjawab, “Berjihad di jalan Allah.” (HR. Bukhari)

Maka mulai saat ini, ubahlah kebiasan buruk kita berkaitan dengan waktu mengerjakan sholat. Benahi dulu sholat kita, maka Allah akan membenahi hidup kita. Bahkan jangan nunggu sampai adzan baru kita sholat, sebelum adzan pun kita sudah standby di atas sajadah. Insya Allah ini adalah langkah awal untuk mengatasi persoalan hidup yang melilit. Wallahu’alam.

Note: Bagi pembaca yang punya masalah seperti hutang piutang, penyakit, jodoh, atau masalah hidup lainnya, mari bergabung di Gerakan Doa Kolektif. Kita gunakan kekuatan lisan-lisannya anak yatim untuk membantu kita mengetuk pintu langit, sehingga pertolongan Allah turun pada kita. Silahkan bersedekah ke nomor rekening yang tersedia dan mengkonfirmasikannya pada saya.

Maret 29, 2012

Sedekah adalah Solusi

Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik. (QS.Al Baqarah:195)

Sabtu siang itu saya buru-buru ke kampus UI Salemba buat menyerahkan proposal penelitian S2 kepada petugas bagian sekretariat. Sedianya saya mau berjalan kaki menuju stasiun Cikini untuk pulang ke Bogor, namun karena ada saudara yang mau datang ke rumah sebelum makan siang maka otomatis pilihan saya adalah naik taksi biar cepat.

Saya pun menunggu di depan pagar kampus. Beberapa taksi tidak menepi, sampai akhirnya saya ketemu Taxiku yang berwarna kuning dan menyetopnya.

“Stasiun Cikini ya, Bang!” kata saya ke si sopir. Entah karena orangnya suka bergaul atau suka mengeluh, dia langsung ngajak saya ngobrol. Ia bercerita bahwa saya adalah penumpang yang pertama sejak seharian dia muter-muter. Dari tadi tidak ada satu pun yang naik ke taksinya. Mungkin karena lagi libur panjang sejak Jumat, penduduk Jakarta lagi pada rekreasi ke luar kota.

”Saya tadi muter-muter terus, dari RSCM ke Manggarai muter lagi, tapi belum dapet-dapet penumpang. Alhamdulillah ketemu Bapak,” katanya.

Saya yang sedikit mengetahui ilmu sedekah menyarankan ia untuk bersedekah setiap pagi sebelum kerja. ”Bersedekahlah kamu, karena sedekah itu memancing datangnya rezeki”, demikian sabda Rasulullah saw.

Di luar dugaan saya, si sopir menjawab, “Betul itu Pak, barusan saya abis keliling ga dapat penumpang, mampir ke rumah kakak buat ngopi dan istirahat. Pas mau berangkat lagi, ada pemulung. Ya, kebetulan saya ada uang lebih, saya kasih aja si pemulung itu duit 2 ribu perak...Eeeeh, ga lama keluar, ketemu Bapak.”

”Nah, itu sudah dibuktikan. Besok-besok seperti itu lagi, Bang. Sedekah dulu, baru bekerja.”

Sedekah memang maknyus. Bulan lalu saya mau mencetak buku saya yang berjudul Menjadi Jutawan dari Bisnis Recehan. Saya butuh dana paling tidak 5 juta rupiah untuk tahap awal. Karena sudah tau ’trik’-nya, saya lalu bersedekah sekitar 600 ribu rupiah yang saya bagi ke yatim piatu, lembaga zakat, dan lainnya. Tidak sampai satu bulan, proposal sponsorship saya gol. Dana sebesar 5 juta rupiah dari salah satu perusahaan logistik pun cair. Inilah salah satu keajaiban sedekah.

Sekarang ini, kalau lagi ada kebutuhan mendesak, saya mencari jalan dengan sedekah. Tentunya ibadah lain tetap saya jalankan seperti sholat sunnah rawatib, tahajud, dhuha dan sebagainya. Sejauh pengalaman saya, Allah SWT tidak pernah mengecewakan hamba-hambaNya yang total berharap kepada pertolonganNya. Wallahu’alam.
Muhammad Zulkifli

Note: Bagi pembaca yang punya masalah seperti hutang piutang, penyakit, jodoh, atau masalah hidup lainnya, mari bergabung di Gerakan Doa Kolektif. Kita gunakan kekuatan lisan-lisannya anak yatim untuk membantu kita mengetuk pintu langit, sehingga pertolongan Allah turun pada kita. Silahkan bersedekah ke nomor rekening yang tersedia dan mengkonfirmasikannya pada saya.





Maret 21, 2012

Gerakan Doa Kolektif

Setiap manusia pasti punya masalah. Hutang yang banyak, anak yang nakal, istri yang sulit diarahkan, suami yang selingkuh, atasan yang zalim, teman kantor yang suka memfitnah, calon istri/suami yang membatalkan pernikahan, jodoh yang tidak kunjung datang, penyakit yang menahun, orang tua yang hidup miskin, dan sebagainya. Solusi dari permasalahan itu adalah berdoa agar masalah selesai.

Doa adalah senjatanya kaum muslim, demikian Rasulullah saw bersabda. Karena itu, dalam keadaan mentok tanpa jalan keluar, doa adalah satu-satunya cara untuk kita bisa keluar dari permasalahan. Namun karena dosa kita sudah sedemikian banyak, maka hendaknya kita minta bantuan dari orang lain untuk mendoakan kita. Dan salah satu bantuan itu adalah DOA ANAK YATIM.

Islam sangat memuliakan anak yatim, sehingga Allah menyebut kata “yatim” dalam Al-QurĂ¡n sebanyak 23 kali. Karena itu sudah sepantasnya kita perlakukan anak yatim dengan baik, karena hal ini akan menjadikan salah satu ukuran keimanan seorang muslim.

tentang dunia dan akhirat. Dan mereka bertanya kepadamu tentang anak yatim, katakanlah: "Mengurus urusan mereka secara patut adalah baik, dan jika kamu menggauli mereka, maka mereka adalah saudaramu dan Allah mengetahui siapa yang membuat kerusakan dari yang mengadakan perbaikan. Dan jika Allah menghendaki, niscaya Dia dapat mendatangkan kesulitan kepadamu. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (QS.Al-Baqarah:220)


Beberapa hadist tentang anak yatim:
Barang siapa yang mengusap kepala anak yatim karena Allah maka baginya kebaikan yang banyak dari setiap rambut yang ia usap. Dan barang siapa yang berbuat baik kepada anak yatim perempuan atau laki-laki maka aku dan dia akan berada di surga seperti ini, Rasulullah SAW mengisyaratkan antara jari telunjuk dan jari tengahnya. (HR. Ahmad dari Abu Umamah)

Sebaik-baiknya rumah di antara orang-orang Islam adalah rumah yang di dalamnya ada anak yatim yang diperlukan dengan sebaik-baiknya, dan seburuk-buruknya rumah adalah rumah yang di dalamnya ada anak yatim namun diperlakukan dengan buruk. Apabila sebuah keluarga memelihara, menyantuni, dan memuliakan anak yatim, Allah SWT akan meliputinya dengan rahmat, kebahagiaan, dan keberkahan. (HR. Ibnu Majah dari Abu Hurairah)

Untuk itu kami mencoba berinisiatif menghimpun orang-orang yang ingin dibantu doa agar hajatnya tercapai, masalahnya selesai dan hubungannya dengan Allah SWT menjadi lebih baik. Kami mengundang pembaca untuk bersedekah kepada anak-anak yatim yang akan kami pilih, lalu menitipkan doa kepada kami yang nantinya akan dibacakan dan diaminkan bersama mereka. Insya Allah ini bisa mempercepat terselesainya permasalahan-permasalahan kita semua.

Prosedur

Silahkan mentransfer sejumlah uang, berapapun semampunya ke rekening yang ada di bawah ini. Setelah itu, SMS konfirmasi ke 0815 8353134 dengan menyebut nama lengkap dan jumlah transferan serta doa yang ingin dititipkan. Insya Allah setiap 1 bulan sekali kami akan mendatangi panti asuhan dan melakukan doa bersama. Dana yang terkumpul akan dikonversikan dalam bentuk sembako, mainan, alat tulis sekolah, buku pelajaran atau berbentuk uang untuk operasional yayasan yatim piatu. Laporan akan diberikan di situs ini setiap bulannya.

Mari kita bersama-sama berdoa agar segala permasalahan yang sedang kita hadapi saat ini, cita-cita yang ingin kita gapai, bisa dipermudah dan dipercepat oleh Allah SWT dari keberkahan doa anak-anak yatim ini. Insya Allah.

Sebagian kisah dari mereka yang mendapat keberkahan dari doa anak yatim

Ketika saya masih aktif di sebuah yayasan yang menaungi anak jalanan di Jakarta tahun 2006, ada salah seorang istri menteri dari Kabinet Indonesia Bersatu I  datang ke daerah Plumpang, Jakarta Utara. Menemui pengurus yayasan, beliau kemudian meminta kepada kami untuk memanggil beberapa anak yang sudah tidak punya orang tua lagi dari kumpulan anak-anak jalanan yang diasuh untuk maju ke depan. Sebagai informasi tambahan, suami ibu ini adalah menteri salah satu departemen yang saat itu kinerjanya sangat buruk dalam penilaian masyarakat. Ketika menteri tersebut memimpin departemennya, banyak kejadian-kejadian yang merugikan masyarakat. Karena itu muncul tuntutan publik agar menteri tersebut mengundurkan diri.

Singkat cerita, ibu ini minta didoakan oleh anak-anak yatim dari Yayasan Himmata agar suaminya diberi ketabahan, kelapangan dan keberhasilan dalam tanggung jawabnya saat ini. Tidak lupa sebagaimana orang-orang yang punya hajat, beliau pun menyisipkan bingkisan untuk mereka.

Kini suami ibu tersebut sudah tidak menjabat lagi sebagai menteri di departemen tersebut. Oleh Presiden SBY ia diberikan posisi strategis sebagai menteri koordinasi yang membawahi menteri-menteri lain yang membidangi masalah khusus. Bahkan ia digadang-gadang sebagai Presiden RI 2014.

Masih di tahun yang sama, salah seorang kerabat saya menderita tumor otak. Beliau koma hingga berhari-hari. Dokter pribadi yang biasa menangani kerabat saya itu bahkan sudah angkat tangan dan mengatakan tidak ada harapan buat sembuh lagi. Pihak keluarga masih mencoba mencari jalan keluar bagi kesembuhan beliau. Saya yang saat itu sempat melihat kondisi kerabat tersebut, berharap ada keajaiban yang datang dari Allah sehingga beliau bisa pulih dan sehat kembali. Dan saya melihat harapan itu dititipkan Allah melalui Yayasan Al-Aqsa, sebuah yayasan yatim piatu yang berlokasi di Kelapa Gading, Jakarta Utara. Saya mendatangi yayasan tersebut, menyedekahkan sejumlah uang dan meminta kepada pengurusnya agar nanti malam, ketika anak-anak asuh selesai sholat maghrib, saya mohon agar kerabat saya yang koma itu didoakan kesembuhannya.  Hasilnya, beliau tersadar dari koma, sembuh, dan kini sudah bisa berkumpul lagi bersama keluarga tercintanya. Anehnya, dokter pribadi yang mengklaim bahwa sudah tidak ada harapan lagi itu justru sudah meninggal duluan!

Dalam Al-Qur’an, kata ”yatim” disebut 23 kali. Ini menunjukkan bahwa Islam sangat memuliakan anak yatim. Tidak heran bagi sebagian besar orang yang memiliki hajat, cita-cita, atau sekedar merayakan ulang tahun, selalu mengundang anak-anak yatim. Bahkan Aburizal Bakrie, ketika berlaga untuk memperebutkan kursi Ketua Umum Partai Golkar menyantuni 1500 anak yatim piatu di Riau. Terbukti akhirnya Ical, panggilan akrab Aburizal Bakrie berhasil memenangkan kompetisi tersebut.

Tentunya Pembaca bisa menyedekahkan hartanya ke yayasan yatim piatu manapun tanpa harus ke sini. Namun kami menawarkan 'cara lain' dari sekedar bersedekah, yaitu:

-Doa yang spesifik, karena nanti akan dibacakan berdasarkan nama donatur dan diaminkan oleh anak-anak yatim piatu

-Kegiatan rutin doa berlangsung minimal 1 (satu) bulan sekali

-Laporan online via blog

Bagi yang berminat, silahkan transfer sedekahnya ke:

BCA 632 023 8411 a.n Muhamad Zulkifli
BNI Syariah 0229173530 a.n Muhamad Zulkifli

Yuk, mari kita gabung di GERAKAN DOA KOLEKTIF ini..

September 28, 2011

Solusi Allah Tidak Sama dengan Solusi Manusia

Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dari segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. Dan jika kamu menghitung ni`mat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari (ni`mat Allah). (Q.S.Ibrahim:34)

Ini kejadian nyata tentang seseorang yang ketakutan ketika ditagih hutang. Sebut saja namanya Udin, yang punya hutang 2 juta sama temannya. Sebenarnya ia berjanji bayar pas gajian, namun gajinya ternyata dipakai buat membayar kebutuhan lainnya yang lebih mendesak. Udin malu buat menelepon temannya dan minta maaf atas janji yang dia langgar.

Saat Udin mau sholat asar, telepon di hapenya berbunyi. Udin cemas bukan kepalang, karena nomor yang tertera di hapenya tersebut adalah nomor kantor temannya itu. Lalu ia men-silent terlebih dahulu untuk kemudian sholat asar (dengan pikiran berkecamuk).

Selesai sholat, ia beristighfar 100 kali, lalu mengeluarkan hapenya dari kantong dan meletakkan di atas sajadah. Ia pun berdoa:

Ya Allah, temanku sudah meneleponku barusan, tentu ia akan menagih haknya yang masih hamba pegang. Ya Allah, Engkau tahu kalau hamba tak punya uang sama sekali buat bayar hutang. Engkau juga tahu, bahwa uang 2 juta itu hamba pinjam untuk membahagiakan keluarga hamba di kampung halaman, tidak buat bermaksiat kepadaMu. Ya Allah, bila bakti hamba kepada orang tua di kampung bukan bentuk ketakwaan kepadaMu, maka hamba memohon ampunanMu, dan jadikanlah itu sebagai bentuk ketakwaan hamba kepadaMu. Sungguh hamba malu Ya Allah, bertemu dengan teman hamba itu. Tapi Engkau yang Maha Kuasa, tentu tidak ada yang mustahil bagimu. Sungguh Engkau Maha Kaya dan Maha Pemurah. Berilah hamba jalan untuk mengatasi hutang ini...

Demikian kurang lebih isi doa si Udin. Selesai doa, ia memiliki kekuatan. Ia keluar dari mushola dan memencet nomor temannya. Temannya pun mengangkat dan mengatakan bahwa ia tadi menelepon Udin. Setelah berbasa basi, maka terjadilah dialog dengan Udin. Sebut saja nama temannya itu Tina.

Udin: Tin, gue mau ngaku dosa nih, gue....

Tina : Ah, gue udah bisa nebak kalo lo dah ngomong gitu…kapan lo bisanya ?

Udin : Yah, gue usahain dalam hitungan hari ini..sejujurnya uang lo udah ada, tapi gue pake dulu buat bayar kartu kredit. Ngga kuat bunganya..

Tina : Iya sih, emang kartu kredit kayak gitu..makanya lo mending tutup aja kartu kreditnya.

Udin : Rencana sih gitu, makanya kemaren gue pake itu buat bayar tagihannya, nah 2 hari lagi gue mau narik duit dari kartu kredit gue, buat bayar hutang ke lo..

Tina : Hah ? Oh, jangan Din..udah dah biarin aja, gapapa lo ga bayar sekarang..yang penting lo jangan narik pinjaman lagi dari kartu kredit..bisa kecekek lo gara-gara bunganya..

Udin : Lho ? tapi kan lo juga lagi butuh Tin, gapapa, lagian gue udah janji kok…

Tina : Udah gapapa, gue masih ada kok..Kira-kira lo bisa balikin kapan ?

Udin: Kalo ga pake kartu kredit, ya masih lama Tin, kira-kira sebulan lagi..

Tina: Ya wes gapapa, yang penting jangan sampe lo pake kartu kredit lagi buat bayar utang...

Udin: Waduh, gue jadi ngga enak...makasih banget ya Tin...

Tina: hahaha....biasa ajalah Din...

Demikianlah dialognya. Semudah itu. Allah memang tidak tiba-tiba memberikan segepok uang 2 juta ke Udin, tapi Dia berikan solusi yang lain: perpanjangan waktu hutang, kemudahan dari orang yang dihutangin, dan tentu saja persahabatan yang tetap terjaga.

Seringkali kita memaksa Allah SWT memberikan solusi sesuai dengan apa yang kita pikirkan. Padahal solusi dari Allah jelas lebih baik bila kita mengetahuinya. Wallahu’alam.

Muhammad Zulkifli

September 20, 2011

Menikah = Kaya?

Aku heran dengan orang yang tidak mau mencari kekayaan dengan cara menikah. Padahal Allah berfirman : Jika mereka miskin, maka Allah akan membuat mereka kaya dengan KeutamaanNya (Umar bin Khattab RA)

Ada sebuah cerita menarik yang saya peroleh dari salah seorang jamaah ketika saya sedang mengisi pengajian di Bogor. Kebetulan tema yang saya angkat adalah pernikahan, sekaligus membahas buku terbaru saya hasil kolaborasi dengan Ustad Hepi Andi berjudul Buku Pintar Suami Istri.

Ketika pembahasan tentang pernikahan sampai pada bab rezeki, salah seorang jamaah bercerita tentang seorang temannya. Sebut saja bernama Andi. Dia adalah seorang pengusaha sukses, pemimpin perusahaan yang produknya sudah tersebar ke negara-negara lain. Bisnisnya berkembang. Kehidupannya sedemikian nikmat. Hingga sampai pada tahap klimaks: ia bercerai dengan istrinya.

Jamaah tersebut tidak bercerita mengapa Andi bercerai dengan istrinya. Hanya saja, 3 minggu setelah perceraian, omset bisnisnya menurun. Terus terjun bebas ke titik paling rendah. Dan hasilnya bisa ditebak: Andi jatuh bangkrut.

Di kisah yang berbeda. Sebut saja namanya Danu. Ia menikah dengan seorang wanita yang berasal dari keluarga yang secara ekonomi lebih baik dari keluarganya. Dari mulai menikah hingga memasuki tahun-tahun yang panjang, keluarga besar istrinya lah yang selalu menjadi nomor satu ketika Danu mengalami kesulitan finansial. Kalaupun keuangannya mencukupi, saudara-saudara iparnya juga suka membantu Danu dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti perabot rumah tangga, televisi, beli rumah, dan lainnya. Danu bisa membeli rumah dengan bantuan DP dari kakak iparnya, yang harus ia cicil setiap bulan. Danu bisa memiliki tempat tidur yang nyaman hasil dari hadiah mertuanya. Istri Danu bisa membuka usaha kecil-kecilan dari modal yang juga merupakan pinjaman lunak tanpa bunga dari kakak iparnya. Bahkan tanpa disangka-sangka, Danu yang tidak punya televisi pun mendapat hadiah televisi gratis dari kakak istrinya juga.

Pernah Danu berpikir, seharusnya tanpa menikah dengan dirinya, istrinya bisa lebih bahagia. Bahkan berkecukupan. Bukankah ia dikelilingi oleh saudara-saudara kandung yang penyayang serta orang tua yang perhatian? Sementara orang tua Danu sendiri dan saudara kandungnya tidak bisa memberikan perhatian berupa materi seperti itu.

Pernikahan adalah gabungan dua rezeki anak manusia. Ketika Andi bercerai, rezeki istrinya yang harusnya bisa ia nikmati melalui bisnisnya itu pun akhirnya ikut ’terangkut’ dari kehidupan. Dan sebaliknya, ketika Danu menikah, istrinya yang sebelumnya tidak punya rumah sendiri, tidak punya usaha sendiri, tiba-tiba mendapati semua itu dalam kehidupan rumah tangganya. Hanya saja Allah memberikan rezeki tersebut melalui keluarga istrinya.

Tidak perlu bersikap sombong bagi seorang istri yang memiliki keluarga perhatian sehingga segala kebutuhan rumah tangganya dibantu oleh saudara-saudaranya. Sebab bisa jadi itu adalah rezeki suaminya yang Allah titipkan melalui keluarga istrinya, dan bisa jadi juga keluarga istrinya tersebut mendapat limpahan rezeki yang berlimpah karena keberkahan yang Allah berikan dari pernikahan saudaranya.

Dan jangan pula bersikap sombong lelaki yang telah sukses membangun karir dan bisnis sehingga memiliki penghasilan yang berlebihan. Sebab seringkali rezekinya itu berasal dari rezeki yang sudah Allah tetapkan buat istrinya, sehingga ketika terjadi perceraian, rezeki istrinya sudah tidak berhak ia terima lagi. Wallahu’alam.

Muhammad Zulkifli

September 14, 2011

Jangan Batalkan Niat Baik!




Maka berlomba-lombalah kamu (dalam berbuat) kebaikan. Di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. (QS.2: 148)

Saat itu masih sore. Kami baru pulang bersilaturahim dari rumah salah seorang  tante di Bintaro yang suaminya baru meninggal karena kecelakaan. Perjalanan menggunakan mobil kijang tua yang saya setir sendiri. Dari rumah hingga Bintaro lancar dan nyaris tidak ada yang menghambat. Setelah selesai sholat Jumat dan bertamu, kami pun pulang ke Bogor. Sampai di tol Jagorawi jarum jam menunjukkan pukul 4 sore. Saya pun berniat untuk sholat asar di rest area Cibubur.

Sampai di Cibubur, setelah membeli cemilan buat perjalanan, saya melirik jam lagi. Pukul 4 lewat dikit. Jarak antara rest area ke Bogor hanya 30 menit paling lama. Saya pun berpikir, ’Ah, mending sholat asarnya di rumah saja!’

Perjalanan pun dilanjutkan. Di dekat pintu tol Cibubur, terjadi kemacetan. Saya merogoh dompet sambil tetap menekan gas pelan-pelan. Namun.....BRAK! Kijang tua kami pun mencium sebuah CRV mewah yang juga berhenti  persis di depan kami. Saya kaget dan lemas. Terbayang sudah berapa juta yang harus saya keluarkan buat mengganti body mobil mewah ini. Selama pengalaman bertahun-tahun menyetir, dalam posisi ngebut di tol, belum pernah sekalipun saya menabrak atau ditabrak. Sekarang dalam posisi yang sangat pelan, saya menabrak mobil orang!

Saya turun, begitu juga pengemudi CRV tersebut. Beruntung, CRV tersebut tidak rusak. Malah bemper dan spion kijang kami yang hancur. Ini berarti cost saya hanya untuk mengganti bemper kijang ini, yang notabene adalah milih mertua.

Dalam perjalanan pulang saya terdiam. Mengapa saya bisa menabrak mobil orang justru di saat pelan dan macet seperti ini?

Saya lalu beristighfar. Barangkali inilah hukuman akibat menunda sholat ketika sudah masuk waktunya! Seandainya saja saya mau meluangkan waktu 10 menit untuk sholat asar dulu, tentunya peristiwa ini tidak akan pernah terjadi.

Empat tahun sebelumnya, kejadian yang peris sama ini pernah juga saya alami. Saat itu bulan Ramadhan, dan saya berniat untuk itikaf. Namun begitu malam tiba, saya mengurungkan niat. Mendadak rasa malas muncul. Akhirnya saya membatalkan niat baik tersebut dan memilih menghabiskan malam untuk beristirahat saja. Saya pun masuk ke kamar mandi untuk bersih-bersih sebelum tidur. Namun apa yang terjadi? Kran air yang biasanya tidak ada masalah, mendadak patah dan copot dari pipanya. Otomatis air mengucur tanpa bisa dihentikan! Saya lalu mencoba-coba cari akal untuk menghentikannya. Namun butuh waktu, tenaga, alat, dan bahkan bantuan orang lain untuk bisa menghentikan derasnya air dari pipa yang patah itu. Akhirnya cukup lama juga air itu bisa berhenti. Saya pun tidak bisa tidur dengan nyenyak karena sumbatan sementara yang kami buat terkadang suka copot dari pipa patah tersebut.

Pembaca Taman Firdaus yang dirahmati Allah SWT, bila Anda sudah punya niat baik, maka janganlah mencari alasan untuk membatalkannya. Sebab bisa jadi niat tersebut sudah dijadikan Allah SWT sebagai penghambat musibah, lalu penghambat tersebut diangkat kembali seiring dengan saat Anda membatalkan niat tersebut. Wallahu'alam.

Muhammad Zulkifli

September 11, 2011

Awas! Jangan-jangan Engkaulah Panutan Orang!


Bulan Ramadhan kemaren kebetulan di kantor ada pekerjaan ke luar kota, bahkan di luar pulau. Kami satu tim harus berangkat ke Pulau Tidung, salah satu bagian dari Kepulauan Seribu. Berangkat jam 6 pagi dan sampai di sana sekitar jam 8.30. Masih ada waktu berleha-leha sebelum memulai pekerjaan.

Zaid, sebut saja begitu, adalah salah satu karyawan di perusahaan tempat saya bekerja. Ia dikenal sebagai seorang ‘ustad’ di lingkungan kantor. Ia juga suka melakukan puasa sunnah Senin Kamis. Di luar itu, Zaid juga pernah mengisi kultum di majelis taklim kantor selama bulan puasa.

Sebenarnya selain Zaid setidaknya ada 6 orang muslim yang ikut rombongan tersebut. Namun ada beberapa orang di antaranya yang sama sekali tidak (berniat) puasa.Bahkan sejak mau berangkat pun niat untuk menjalankan ibadah setahun sekali ini tidak terbersit di hati mereka. Malah salah satu orang yang awalnya puasa, begitu sampai Pulau Tidung dan disuguhi es kelapa segar dari pemilik losmen, mendadak luntur pertahanannya dan akhirnya ia pun membatakan puasa tepat pukul 10 pagi.

Di antara yang berpuaaa, ada seorang teman yang masih istikomah untuk melanjutkan hingga Maghrib. Sebut saja namanya Pak Timmy. Beliau bersama beberapa orang yang masih menjalankan ibadah shaum mampu menyelesaikan hingga azan maghrib berkumandang. Meski panas menyengat, godaan dari teman-teman yang tidak puasa demikian menggelitik, ditambah sekotak cooler box berisi minuman softdrink dingin benar-benar mengganggu pertahanan iman. Tapi Pak Timmy akhirnya mampu menuntaskan ibadah puasanya.

Siapakah Pak Timmy? Beliau bukan ustad, bukan pula orang yang fasih berbicara agama. Sholatnya masih tergolong jarang-jarang. Bahkan kalau ada yang menyuguhkan minuman keras model Jack Daniels pun ia terima dan menikmatinya. Secara agama, Pak Timmy sama sekali tidak bias dijadikan rujukan. Karena itulah suatu ‘prestasi’ ketika ia berhasil lulus di hari ketika justru godaan untuk batal demikian banyak.

Ternyata ketika ditanya, ia menjawab dengan jujur bahwa ia ikut Zaid saja dalam menjalankan puasa pada hari itu. Kalau Zaid puasa, ia ikut puasa. Kalau tidak, maka ia pun tidak puasa.

Subhanallah…Demikian besar pengaruh seseorang yang dianggap teladan terhadap perilaku orang lain. Pak Timmy memang menganggap Zaid sebagai rujukan dalam beragama. Seandainya saja Zaid tidak puasa, atau membatalkannya di tengah hari, maka ia tidak saja merugikan dirinya sendiri, melainkan juga ‘menjerumuskan’ orang lain, dalam hal ini Pak Timmy. Zaid telah menjadi uswatuh hasanah atau teladan yang baik dalam skala kecil.

Maka jika ada orang lain yang menganggap Anda adalah panutan, teladan, dan contoh yang baik, maka berhati-hatilah dalam berperilaku. Sebab bila perilaku Anda merusak, maka Anda juga ikut merusak perilaku orang lain. Namun bila ternyata justru perbuatan Anda menjadi jalan hidayah buat orang lain, maka itu lebih baik daripada unta merah.

Rasulullah SAW juga bersabda,"Wahai Ali, sungguh sekiranya Allah memberi hidayah kepada seseorang karena dakwahmu, itu lebih baik bagimu daripada unta merah." (HR. Bukhari-Muslim)

Maka berhati-hatilah, sebab siapa tahu engkalulah suri tauladan orang lain! Wallahu’alam.

Muhammad Zulkifli