September 20, 2011

Menikah = Kaya?

Aku heran dengan orang yang tidak mau mencari kekayaan dengan cara menikah. Padahal Allah berfirman : Jika mereka miskin, maka Allah akan membuat mereka kaya dengan KeutamaanNya (Umar bin Khattab RA)

Ada sebuah cerita menarik yang saya peroleh dari salah seorang jamaah ketika saya sedang mengisi pengajian di Bogor. Kebetulan tema yang saya angkat adalah pernikahan, sekaligus membahas buku terbaru saya hasil kolaborasi dengan Ustad Hepi Andi berjudul Buku Pintar Suami Istri.

Ketika pembahasan tentang pernikahan sampai pada bab rezeki, salah seorang jamaah bercerita tentang seorang temannya. Sebut saja bernama Andi. Dia adalah seorang pengusaha sukses, pemimpin perusahaan yang produknya sudah tersebar ke negara-negara lain. Bisnisnya berkembang. Kehidupannya sedemikian nikmat. Hingga sampai pada tahap klimaks: ia bercerai dengan istrinya.

Jamaah tersebut tidak bercerita mengapa Andi bercerai dengan istrinya. Hanya saja, 3 minggu setelah perceraian, omset bisnisnya menurun. Terus terjun bebas ke titik paling rendah. Dan hasilnya bisa ditebak: Andi jatuh bangkrut.

Di kisah yang berbeda. Sebut saja namanya Danu. Ia menikah dengan seorang wanita yang berasal dari keluarga yang secara ekonomi lebih baik dari keluarganya. Dari mulai menikah hingga memasuki tahun-tahun yang panjang, keluarga besar istrinya lah yang selalu menjadi nomor satu ketika Danu mengalami kesulitan finansial. Kalaupun keuangannya mencukupi, saudara-saudara iparnya juga suka membantu Danu dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti perabot rumah tangga, televisi, beli rumah, dan lainnya. Danu bisa membeli rumah dengan bantuan DP dari kakak iparnya, yang harus ia cicil setiap bulan. Danu bisa memiliki tempat tidur yang nyaman hasil dari hadiah mertuanya. Istri Danu bisa membuka usaha kecil-kecilan dari modal yang juga merupakan pinjaman lunak tanpa bunga dari kakak iparnya. Bahkan tanpa disangka-sangka, Danu yang tidak punya televisi pun mendapat hadiah televisi gratis dari kakak istrinya juga.

Pernah Danu berpikir, seharusnya tanpa menikah dengan dirinya, istrinya bisa lebih bahagia. Bahkan berkecukupan. Bukankah ia dikelilingi oleh saudara-saudara kandung yang penyayang serta orang tua yang perhatian? Sementara orang tua Danu sendiri dan saudara kandungnya tidak bisa memberikan perhatian berupa materi seperti itu.

Pernikahan adalah gabungan dua rezeki anak manusia. Ketika Andi bercerai, rezeki istrinya yang harusnya bisa ia nikmati melalui bisnisnya itu pun akhirnya ikut ’terangkut’ dari kehidupan. Dan sebaliknya, ketika Danu menikah, istrinya yang sebelumnya tidak punya rumah sendiri, tidak punya usaha sendiri, tiba-tiba mendapati semua itu dalam kehidupan rumah tangganya. Hanya saja Allah memberikan rezeki tersebut melalui keluarga istrinya.

Tidak perlu bersikap sombong bagi seorang istri yang memiliki keluarga perhatian sehingga segala kebutuhan rumah tangganya dibantu oleh saudara-saudaranya. Sebab bisa jadi itu adalah rezeki suaminya yang Allah titipkan melalui keluarga istrinya, dan bisa jadi juga keluarga istrinya tersebut mendapat limpahan rezeki yang berlimpah karena keberkahan yang Allah berikan dari pernikahan saudaranya.

Dan jangan pula bersikap sombong lelaki yang telah sukses membangun karir dan bisnis sehingga memiliki penghasilan yang berlebihan. Sebab seringkali rezekinya itu berasal dari rezeki yang sudah Allah tetapkan buat istrinya, sehingga ketika terjadi perceraian, rezeki istrinya sudah tidak berhak ia terima lagi. Wallahu’alam.

Muhammad Zulkifli

Tidak ada komentar: