September 09, 2011

Berhati-hatilah terhadap Rezekimu!

 
Wahai sekalian manusia, bertakwalah kepada Allah dan perbaguslah usaha mencari rezeki karena jiwa tidak akan mati sampai sempurna rezekinya walaupun kadang agak tersendat-sendat. Maka, bertakwalah kepada Allah dan perbaguslah dalam mengusahakannya, ambillah yang halal dan buanglah yang haram. (HR. Ibnu Majah)

Idul Fitri kemarin saya mudik ke Batam, kampung halaman tempat menghabiskan masa kecil dan remaja saya. Untungnya lingkungan kampung tidak begitu banyak berubah dibanding ketika saya masih sekolah dasar dulu. Yang berubah adalah beberapa tetangga saya yang sudah menjadi Opa-Oma, dan teman-teman saya pun sudah banyak yang menikah dan punya anak.

Ustad Febri, sebut saja begitu, adalah guru mengaji saya ketika masih kecil dulu. Ia adalah sosok sederhana yang menghidupi keluarganya dari warung kecil dan mengajar di masjid kami. Dan alhamdulillah hingga saya pulang kemarin, beliau masih aktif dan bahkan masih menjadi salah satu pengurus di masjid Daarut Takwa, masjid kami yang sudah berumur puluhan tahun itu.

Ustad Febri punya 3 orang anak, dan 2 di antaranya saya kenal baik dan menjadi teman main semasa kecil. Dimas dan adiknya Anto. Mereka, selayaknya anak seorang ustad, tumbuh sebagai anak-anak yang sholeh dan pintar mengaji. Si Sulung Dimas bahkan pernah mengajar anak-anak yang lebih tua darinya (termasuk saya sendiri) mengaji. Sementara si Anto juga tidak kalah jauh dari abangnya dalam hal kemampuan baca Al Qur’an.

Tapi manusia memang tidak dididik oleh orang tuanya saja. Lingkungan juga turut menjadi guru bagi perkembangan karakter seseorang. Anto dewasa bukanlah menjadi seorang ustad sebagaimana ayahnya. Anto dewasa justru memilih profesi yang paling beresiko dan dikutuk banyak orang tua manapun di muka bumi ini: Bandar narkoba.

Anto harus menghabiskan sebagian umurnya di balik jeruji besi. Ia divonis 18 tahun penjara. Dan kemarin ia baru menyelesaikan masa 1 tahun penjaranya. Masih butuh 17 tahun lagi untuk menginap di hotel prodeo itu.

Pernah saya terpikir, dosa apakah yang dibuat Ustad Febri sehingga ia memiliki anak yang 180 derajat berbeda dengan dirinya? Akhirnya saya mencoba mengorek-ngorek memori masa kecil saya, dan teringatlah saya pada satu saat main ke warung Ustad Febri. Di salah satu raknya berderet minuman merek Heineken dan Tiger. Apakah rezeki penjualan hasil minuman keras ini yang menjadi penyebab tumbuhnya pikiran haram dalam otak Anto? Wallahu’alam.

Muhammad Zulkifli

Tidak ada komentar: