Oktober 28, 2009

Bencana Alam dan Nahyi Mungkar

Maka mengapa tidak ada dari umat-umat yang sebelum kamu orang-orang yang mempunyai keutamaan yang melarang daripada (mengerjakan) kerusakan di muka bumi, kecuali sebahagian kecil di antara orang-orang yang telah Kami selamatkan di antara mereka, dan orang-orang yang zalim hanya mementingkan kenikmatan yang mewah yang ada pada mereka, dan mereka adalah orang-orang yang berdosa. (QS. Hud: 116)
Bangsa kita sudah akrab dengan bencana. Mulai dari gunung meletus, gempa bumi, banjir besar, tsunami, kebakaran hutan atau bahkan kedatangan Miyabi! Bencana alam yang menimpa negeri kita saat ini disikapi dengan beragam pendapat. Yang paling umum adalah bencana ini dianggap sebagai teguran dari Allah SWT terhadap makluk2nya yang lalai.
Mengapa kita selalu dirudung bencana? Prasyarat apa yang harus dipenuhi suatu kaum/bangsa agar bencana itu datang menghampiri? Benarkah bencana itu datang karena di suatu negeri itu terdapat banyak golongan yang ingkar, dan tidak ada satu pun orang yang ”baik-baik” ?
Sebenarnya negeri ini ditimpa bencana bukan karena tidak adanya orang-orang yang sholeh, melainkan karena banyaknya orang-orang sholeh yang memiliki kelebihan/keutamaan tetapi tidak ada yang mencegah kemungkaran. Inilah penyebab yang bisa kita lihat dari ayat di atas.
Ayat di atas menjelaskan bahwa orang-orang yang diselamatkan Allah adalah mereka yang memiliki keutamaan dan mencegah kemungkaran masyarakatnya. Dan jumlahnya sangat sedikit. Makanya Allah bertanya: mengapa tidak ada?
Jika seseorang yang memiliki keutamaan, baik itu kekuasaan, ilmu, pengaruh sosial, intelektual yang tinggi, kekuatan fisik yang tangguh, tidak mampu mencegah suatu kemungkaran yang ada di depan matanya, sementara sebenarnya ia mampu, maka prasyarat turunnya bencana sudah terpenuhi. Tidak heran bila kita ingin mempengaruhi seseorang atau mencegah kemungkaran maka kita harus memiliki keutamaan. Seorang pelajar yang sholeh yang pernah menjuarai Olimpiade Sains tingkat nasional, ketika menasehati temannya yang tidak pernah sholat tentu lebih masuk ketimbang kalau pelajar tersebut tidak punya prestasi apa-apa. Seorang Gubernur atau kepala daerah tentu mempunyai kekuasaan untuk menutup tempat-tempat prostitusi ketimbang aktivis dakwah yang tidak memiliki jabatan apapun di pemerintahan. Seorang ahli beladiri yang berhasil menaklukkan penjahat dan menasehatinya untuk bertaubat lebih ”kena” ketimbang korban kejahatan yang menasehati perampoknya.
Dari surah Hud (11) terdapat banyak sekali hikmah tentang mengapa kaum para Nabiyullah menolak dakwah utusan Allah tersebut. Misalnya kaum Nabi Nuh yang menolak dakwah beliau karena pengikutnya Nabi Nuh adalah orang-orang yang lebih rendah status sosialnya, yang mudah percaya, dan Nabi Nuh sendiri dianggap tidak memiliki kelebihan apapun (ayat 27). Nabi Syuaib ditolak oleh kaumnya karena beliau dianggap adalah orang yang lemah di antara mereka dan dianggap tidak punya wibawa (ayat 91).
Intinya adalah keutamaan. Siapapun yang memiliki keutamaan bisa mencegah sebuah kemungkaran dalam skala apapun. Jika tidak melakukannya, maka bencana hanya menunggu waktu. Wallahu’alam.

Muhammad Zulkifli

Tidak ada komentar: