Maret 23, 2008

Lihatlah Apa yang Kita Makan


Hai manusia! Makanlah dari yang halal dan baik yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan, sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagimu . Sesungguhnya (setan) itu hanya menyuruh kamu agar berbuat jahat dan keji, dan mengatakan apa yang tidak kamu ketahui tentang Allah (QS. 2:168-169)

Pernahkah kita mencoba meneliti orang-orang yang moralnya kurang baik, apa kira-kira makanan mereka? Para koruptor, pembunuh, hedofil, pemerkosa, tukang madat dan lainnya, bagaimana dan berasal darimana sumber makanan mereka? Atau kita balikkan logikanya: apakah makanan telah mempengaruhi pola pikir, perilaku, serta respon mereka terhadap lingkungan?

Di surah yang telah disebutkan di atas, jelas sekali terlihat hubungan yang kuat antara makanan halal dan baik dengan larangan untuk mengikuti langkah-langkah setan. Dan ‘aneh’nya, perintah untuk mengkonsumsi makanan halal dan baik tidak ditujukan buat kaum muslimin saja, tapi juga seluruh manusia. InI menunjukkan bahwa hukum tersebut berlaku umum, yang menandakan bahwa seorang non muslim pun sebenarnya diperintahkan untuk makan makanan yang halal dan baik. Sebab kebejatan moral manusia pada umumnya berasal dari makanan yang tidak halal dan tidak baik.

Bila makanan kita baru berupa makanan yang halal saja, maka kecenderungan untuk mengikuti langkah setan masih cukup besar. Namun kalau kita mengkonsumsi rezeki yang tidak saja halal namun juga baik, maka pintu-pintu kemaksiatan bisa tertutup dan kecenderungan untuk mengikuti langkah setan pun bisa diminimalisir. Jadi dua syarat ini, halal dan baik, adalah mutlak diperlukan untuk menghasilkan manusia yang tidak berbuat keji dan jahat.

Apakah makanan bisa juga menyebabkan kekufuran? Saya tidak berani menyimpulkan demikian. Namun jika kita melihat kalimat terakhir dari ayat 169 di atas, bahwa setan menyuruh kita untuk mengatakan apa yang tidak kamu ketahui tentang Allah, maka kesimpulan yang mengarah ke hal tersebut bisa saja terjadi. Sebab bukankah hanya orang-orang kafir yang hobi mengatakan sesuatu tentang Allah padahal sebenarnya mereka sama sekali tidak tahu apa-apa tentang Allah?

Jadi untuk membangun generasi Rabbani, atau generasi yang berkualitas akhlak dan ibadahnya, bisa diawali dari bagaimana kita memperhatikan kehalalan dan ke-thoyib-an makanannya. Wallahu’alam.

Muhammad Zulkifli

Tidak ada komentar: