September 17, 2007

Ketika kita diundang Tuhan

Pernahkah kita mendapat undangan pernikahan, khitanan, akikah dari teman atau kerabat kita? Apa yang mereka harapkan ketika mengundang kita? Tentu kehadiran kita. Di tempat mereka kita akan dilayani bak raja. Mulai dari kedatangan kita yang disambut hangat (bahkan kalau di resepsi pernikahan sudah berderet penerima tamu berpakaian rapi yang akan menyalami kita dan mengucapkan selamat datang), lalu tempat duduk yang nyaman, sampai makanan dan minuman yang disajikan buat kita. Padahal kalau dipikir secara logis, apa keuntungan materi yang mereka peroleh dengan mengundang kita? Kalaupun kita memberi amplop berisi uang, toh tidak sebanding dengan pengeluaran mereka dari mulai sewa tempat, sewa kursi, tenda dan kateringnya. Tapi ada kepuasan di hati mereka ketika kita datang, yaitu bahwa kita masih menganggap mereka bagian dari hidup kita sehingga kita tidak mau melewatkan momen kebahagiaan mereka.

Demikian juga Allah SWT. Dia Yang Maha Kaya jelas tidak membutuhkan kita. Tapi Allah SWT sangat gembira ketika melihat hambaNya bertaubat. Dalam salah satu hadistnya Rasulullah saw bersabda bahwa kegembiraan Allah melihat hambaNya yang bertaubat lebih besar dibanding seorang yang kehilangan untanya dalam perjalanan dan kemudian unta tersebut datang kembali kepadanya. Padahal apa untungnya bagi Allah kalau kita bertaubat? Sekalipun seluruh makhluk mengingkariNya, tidak berkurang setitik pun kemuliaan Allah. Tapi Allah ingin menunjukkan kemurahanNya pada kita. Dia sediakan rezeki yang luas, jalan keluar bagi permasalahan kita, ampunan atas dosa-dosa kita, bila kita mau memenuhi undangannya.

Tapi jangan berharap undangan Allah itu berupa kertas bertinta emas yang diantar ekselusif oleh ustad-ustad di sekitar rumah kita. Undangan Allah itu justru berbentuk sesuatu yang ’tidak enak’. Allah mengundang kita lewat musibah, bencana alam, kesempitan rezeki, kedholiman orang lain atas diri kita, penghinaan, cemoohan, kehilangan harta benda, ditinggal orang-orang yang kita cintai, hutang yang menumpuk, gugatan cerai dari istri, perlakuan kasar dari suami, anak-anak yang susah diatur, dipecat dari pekerjaan, difitnah teman kerja, dipersulit urusannya oleh orang lain, dan bentuk-bentuk lainnya. Bila kita saat ini sedang menghadapi sebagian dari permasalah tersebut, percayalah, itu berarti Allah sedang mengundang kita untuk menghadiri jamuannya. Nikmati jamuannya berupa solusi atas permasalahan kita.

Biasanya semakin dekat kita pada seseorang, maka ketika orang tersebut punya hajat dia tidak memberikan kita undangan. Sebab kita sudah dianggap orang terdekat. Seorang hamba yang sholeh, yang selalu mengisi hari-harinya dengan beribadah kepada Allah, biasanya hidupnya tidak atau jarang ’dicekcoki’ dengan musibah. Mengapa? Apakah Allah tidak mengundangnya? Sebab antara Allah dan hamba tersebut sudah terjalin keakraban sejak lama. Tanpa musibah pun hambanya tersebut senantiasa bertaubat. Jadi tidak perlu ’undangan khusus’ kepada hamba-hambaNya yang memang sudah abid. Undangan disebar buat kita yang memang belum akrab dengan Allah. Undangan diantar kepada kita yang jarang menyapa Allah. Undangan diberikan Allah bagi hamba-hambaNya yang melampaui batas. Bila kita tidak mau diberi undangan khusus oleh Allah, maka kita harus belajar untuk selalu dekat kepadaNya. Wallahu’alam.

Muhammad Zulkifli

Tidak ada komentar: