September 17, 2007

Kekurangan = Kemuliaan

Tidak semua orang dilahirkan dalam keadaan sempurna secara fisik. Terkadang ada yang harus ’puas’ dengan kondisi tubuh tanpa tangan, tanpa kaki dan bahkan (maaf) tanpa anus. Atau tubuhnya lengkap, tapi matanya tidak bisa melihat, telinganya tidak bisa mendengar. Tidak jarang pula yang fisiknya lengkap, inderanya sempurna, namun mentalnya terbelakang. Mereka semua itu ada di sekitar kita, dan bisa jadi pula kita mengenalnya.

Saya pernah mendengar, ada seorang ibu yang memilik anak yang sangat lucu secara fisik, namun menderita autis. Ibu ini terkadang merasa Allah tidak adil pada dirinya, padahal dia selama ini tidak pernah berbuat sesuatu yang tidak diridhoi Allah.

Kekurangan fisik memang bisa dijadikan alasan paling logis untuk menjadi seseorang berpikir rendah diri, merasa hina dan tidak berguna. Rata-rata pengemis di kota Makkah dan Madinah memiliki fisik yang tidak sempurna, mulai dari pergelangan tangan yang buntung, kaki yang hanya sampai lutut, sampai kaki dan tangan pun ia tidak punya. Di Indonesia pun orang kerap memanfaatkan kekurangan fisiknya untuk menjaring belas kasihan dari mereka yang melihatnya. Salahkah mereka untuk memilih jalan sebagai pengemis? Benarkah Allah tidak adil sama mereka? Atau benarkah Allah ridho dengan profesi mereka sebagai tukang minta-minta, karena nanti di akherat mereka bisa membela diri: soalnya Engkau menciptakanku dalam keadaan tidak sempurna, maka terpaksalah aku jadi pengemis.

Saya tidak berhak menilai demikian. Teman saya Abdul Fatah adalah seorang tuna netra. Tapi kekurangannya dalam hal penglihatan tidak menghalangi dia untuk menjadi hadifz Qur’an. Malah ia sering diundang menjadi penceramah dan mengisi talkshow bertema Islam di radio-radio Bandung. Selain itu ada pula Ato. Dalam setiap pengajian rutin yang diadakan Daarut Tauhiid, Ato selalu berada di barisan paling depan. Sebenarnya adalah hal biasa bagi seorang jamaah yang rajin datang lebih awal di tiap pengajian. Namun yang luar biasa adalah, Ato tidak memiliki kaki. Dan ’parah’nya lagi, cara berkomunikasinya pun tidak sempurna. Hinakah Ato di hadapan jamaah lainnya? Boro-boro terhina, justru orang lain malah menghormatinya dan berintropeksi diri, kenapa mereka yang fisiknya sempurna malah tidak bisa datang lebih awal seperti Ato. Atau bagi yang suka nonton musik di kafe-kafe dan pusat perbelanjaan, mungkin tidak asing dengan grup Jamaica Cafe. Yap! Salah satu personilnya, Anton, adalah anggota grup yang secara fisik berbeda dengan teman-temannya. Beliau hanya memiliki satu kaki, dan tangannya pun tidak sempurna. Belum lagi ditambah dengan ukuran tubuhnya yang tidak sesuai untuk ukuran orang dewasa. Malukah Anton? Jangankan celaan, justru Anton menuai banyak applaus dalam setiap aksi panggungnya. Selain pintar melucu, suaranya pun benar-benar merdu dan enak didengar.

Terkadang cara Allah memuliakan hambaNya tidak selalu dengan kekayaan dan keluasan ilmu. Dengan kekurangan fisik, kesempitan ekonomi, atau hal-hal ’tidak enak’ lainnya, justru Allah ingin menaikkan derajat kehormatan hambaNya tersebut.

Muhammad Zulkifli

Tidak ada komentar: